Hari kedua KTT yang diselenggarakan di The Ashok Hotel oleh Konfederasi Buddha Internasional dibuka dengan video dan pesan teks dari para cendekiawan Buddha dari berbagai belahan dunia, yang berbagi perspektif mereka tentang acara tersebut. Ada diskusi mendalam tentang pentingnya memahami tradisi Buddha, khususnya dari perspektif Asia Tengah.
Sesi pertama dimoderatori oleh Prof. Richard Sasaki, Pendiri dan Direktur Pusat Studi Buddha Nalanda di Brasil. Pembicara termasuk Prof Surat Kubaev dari Universitas Alfraganus Uzbekistan dan biksu Junsei Tarasawa, seorang pakar Buddha yang bekerja di Kirgistan, menyoroti pembentukan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tengah.
Biksu Buddha Nicholas Vreeland dalam pernyataannya mengatakan, "Agama Buddha penting di mana pun. Pentingnya memperbaiki diri, berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik, dan mengurangi kecenderungan egois dihargai di mana pun. Akan selalu ada konflik, tetapi lebih baik memperbaiki diri sendiri."
Salah satu sesi terpenting dalam pertemuan puncak tersebut difokuskan pada relevansi bahasa dan sastra Pali dalam memahami Buddha Dhamma. Topik ini memicu refleksi mendalam tentang bagaimana bahasa kuno Pali terus membentuk pemikiran dan praktik Buddha kontemporer, bergema dalam di benak hadirin dan memajukan pemahaman filosofi Buddha.
Profesor Radhakrishna Ghattu, seorang pakar terkenal dalam bahasa Pali dan Vipassana, menekankan relevansi berkelanjutan bahasa Pali dengan menyatakan, "Ajaran Buddha tersedia bagi kita dalam bahasa Pali. Untuk memahami Buddha, penting untuk memahami ajarannya. Untuk memahami sepenuhnya pengalaman Buddha, seseorang harus kembali ke bahasa asli yang ia gunakan, yaitu bahasa Pali. Bahasa lain hanyalah turunan."
Fokus kemudian beralih ke Asia Tenggara, di mana para cendekiawan terkemuka memberikan presentasi tentang peran mendalam bahasa Pali dalam warisan Buddha yang kaya di kawasan tersebut. Diskusi-diskusi ini menggambarkan hubungan mendalam antara bahasa Pali, kitab suci Buddha, dan praktik Dhamma yang dipraktikkan di Asia Tenggara.
Dr Damenda Porage, yang berdomisili di Sri Lanka dan menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Konfederasi Buddha Internasional, mengatakan, “KTT Buddha Asia ini akan menjadi cahaya bagi seluruh Asia. Kami sangat beruntung karena kami menerima filosofi Buddha dari India. Kaisar Ashoka mengirim putra dan putrinya ke Sri Lanka dengan hadiah agama Buddha. Agama Buddha adalah jembatan antara India dan Sri Lanka”.
Bagi semua yang terlibat, acara tersebut merupakan pengingat yang menyentuh tentang relevansi abadi ajaran Buddha dalam membentuk transformasi pribadi dan sosial di era modern.
BERITA TERKAIT: