Dalam sebuah laporan, militer Israel mengumumkan telah menggempur puluhan sasaran yang diduga menjadi markas Hizbullah.
"Serangan tersebut menargetkan gedung tempat senjata dan infrastruktur militer milik Hizbullah dalam beberapa jam terakhir," ungkap Israel, seperti dimuat
AFP.
Israel mengklaim keberhasilannya membunuh Nasrallah dalam serangan udara di Beirut pada Jumat lalu (27/9). Kabar itu kemudian dikonfirmasi kebenarannya oleh Hizbullah.
Pembunuhan tersebut menandai eskalasi tajam dalam hampir setahun saling balas tembakan lintas batas antara Hizbullah dan Israel, dan berisiko menjerumuskan seluruh wilayah ke dalam perang yang lebih luas.
Setelah kematian Nasrallah, Netanyahu mengatakan Israel telah membalas dendam atas kematian warga Israel dan warga negara lain, termasuk warga Amerika oleh Hizbullah.
Pernyataan Netanyahu didukung oleh Juru bicara militer Israel Daniel Hagari yang menyebut kematian Nasrallah membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman.
Namun pembunuhan itu dikecam keras oleh sejumlah negara seperti Irak, Iran, dan Suriah.
Iran menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB sebagai protes atas pembunuhan Nasrallah.
Dalam surat tersebut, utusan Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani meminta Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan segera dan tegas untuk menghentikan agresi Israel yang berpotensi menciptakan perang regional.
Lebih dari 700 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon, menurut data kementerian kesehatan, sejak pemboman benteng pertahanan Hizbullah dimulai awal bulan ini.
Serangan terbaru di hari Sabtu (28/9) menewaskan 33 orang dan melukai 195 orang.
Sebagian besar kematian di Lebanon terjadi pada hari Senin (23/9), hari kekerasan paling mematikan sejak perang saudara 1975-1990 di negara itu.
BERITA TERKAIT: