Seperti dikutip
AFP, pemilu ini menjadi yang pertama bagi Sri Lanka usai mengalami kekacauan ekonomi dan politik pada 2022-2023 lalu.
Pada pemilu kali ini Presiden Ranil Wickremesinghe berjuang keras untuk mendapatkan mandat baru agar bisa melanjutkan langkahnya dalam menanggulangi krisis.
Sejak menjabat sebagai kepala negara menggantikan presiden Gotabaya Rajapaksa yang kabur, Wickremesinghe telah berusaha keras memulihkan kestabilan Sri Lanka, yang dimulai dari kemerosotan ekonomi pada 2022 dan berujung pada aksi people power dengan penggerebekan istana oleh masyarakat.
"Saya sudah mengeluarkan negara ini dari kebangkrutan. Saya sekarang akan memberikan Sri Lanka ekonomi yang maju, sistem sosial yang maju, dan sistem politik yang maju,"kata Wickremesinghe.
Sejauh ini, Wickremesinghe telah menerapkan sejumlah kebijakan, yang tak semua bisa diterima masyarakat Sri Lanka, salah satunya kenaikan pajak yang didasarkan pada syarat ketentuan dana talangan dari IMF senilai 2,9 miliar Dolar AS.
Meski demikian, Wickremesinghe diperkirakan akan kalah dari salah satu dari dua penantangnya, yaitu Anura Kumara Dissanayaka.
Dissanayaka adalah pemimpin National People's Power (NPP) atau Jathika Jana Balawegaya (JJB), partai sayap kiri yang sempat terasing karena masa lalu yang penuh kekerasan.
Partai tersebut sempat memimpin dua pemberontakan yang gagal pada dekade 70-80-an dan menewaskan lebih dari 80 ribu orang. Dalam pemilu parlemen terakhir kali, partai itu masih mendapatkan suara meski kurang dari empat persen.
Namun krisis Sri Lanka yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadi peluang bagi Dissanayaka untuk mendapatkan kembali lonjakan dukungan untuk merevolusi budaya politik negara tersebut.
Sementara itu, lawan Wickremesinghe lainnya, Sajith Premadasa merupakan putra mantan presiden yang dibunuh pada 1993, saat perang saudara terjadi di negara itu selama puluhan tahun.
Selama kampanye, Premadasa berjanji untuk memerangi korupsi yang dinilai mewabah di Sri Lanka. Senada dengan Dissanayaka, Premadasa juga berjanji akan merundingkan kembali ketentuan paket bantuan dari IMF.
"Ada sejumlah besar pemilih yang mencoba mengirim pesan yang kuat bahwa mereka sangat kecewa dengan cara negara ini diperintah," kata Murtaza Jafferjee dari lembaga pemikir Advocata kepada
AFP.
Dalam pemilu kali ini, ada lebih dari 17 juta orang di Sri Lanka yang akan memberikan suaranya. Selain itu, ada lebih dari 63 ribu polisi dikerahkan untuk menjaga tempat pemungutan suara dan pusat penghitungan suara.
Tempat pemungutan suara ditutup pada pukul 16.00 waktu setempat atau sekitar 17.30 WIB. Sementara itu, penghitungan suara akan dimulai pada Sabtu malam.
BERITA TERKAIT: