Mengutip
BBC pada Kamis (19/9), ledakan walkie-talkie terjadi tak lama setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan fase baru dalam perang dengan kembali mengerahkan banyak tentara di perbatasan Utara.
Terjadi kekacauan dan kebingungan di antara para pelayat, dan kemudian laporan mulai berdatangan tentang ledakan yang terjadi di bagian lain negara itu juga.
Satu video media sosial yang belum dikonfirmasi menunjukkan seorang pria jatuh ke tanah setelah ledakan kecil selama upacara pemakaman.
Palang Merah Lebanon mengatakan lebih dari 30 ambulans telah dikerahkan untuk mengevakuasi korban ledakan walkie-talkie di pinggiran selatan ibu kota, serta di Lebanon selatan dan Lembah Bekaa.
Kementerian kesehatan mengatakan ledakan itu bersumber dari walkie-talkie milik anggota Hizbullah.
Dikatakan bahwa setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 450 orang terluka akibat gelombang kedua ledakan dari perangkat komunikasi nirkabel di Lebanon.
Kantor Berita Nasional
NNA milik pemerintah Lebanon mengatakan perangkat itu diidentifikasi sebagai radio VHF genggam ICOM-V82, model yang sudah tidak diproduksi lagu dan dibuat oleh produsen elektronik ICOM Jepang.
ICOM-V82 lainnya meledak di sebuah rumah di pinggiran kota Baalbek.
Rekaman video menunjukkan kerusakan akibat kebakaran pada meja dan dinding, serta bagian-bagian yang rusak dari apa yang tampak seperti walkie-talkie yang bertuliskan "ICOM".
Foto-foto di media sosial dari dua lokasi lain tampaknya menunjukkan model yang sama.
Reuters mengutip sumber keamanan Lebanon mengatakan walkie-talkie tersebut dibeli oleh Hizbullah lima bulan lalu, sekitar waktu yang sama dengan pembelian pager.
Situs web berita
Axios mengutip dua sumber menyebut dinas intelijen Israel telah memasang jebakan pada ribuan walkie-talkie sebelum mengirimkannya ke Hizbullah sebagai bagian dari sistem komunikasi darurat kelompok tersebut di masa perang.
Sumber-sumber AS dan Lebanon mengatakan kepada
New York Times dan
Reuters bahwa Israel telah menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam pager yang meledak pada hari Selasa.
Seorang dokter mata di sebuah rumah sakit di Beirut mengatakan sedikitnya 60 persen dari orang-orang yang telah ia tangani telah kehilangan setidaknya satu mata, dan sebagian besar juga kehilangan tangan.
"Mungkin ini adalah hari terburuk dalam hidup saya sebagai seorang dokter. Saya yakin jumlah korban dan jenis kerusakan yang telah terjadi sangat besar," kata dokter Elias Warrak.
"Sayangnya, kami tidak dapat menyelamatkan banyak mata, dan sayangnya kerusakannya tidak terbatas pada mata. beberapa di antaranya mengalami kerusakan di otak selain kerusakan wajah," kata dia lagi.
Ledakan mematikan hari Rabu merupakan penghinaan lain bagi Hizbullah dan kemungkinan indikasi bahwa seluruh jaringan komunikasinya mungkin telah disusupi oleh Israel.
Banyak warga Lebanon masih terkejut dan marah atas apa yang yang pada hari Selasa (17/9), ketika ribuan pager meledak pada saat yang sama, menewaskan 12 orang termasuk dua anak berusia 8 dan 12 tahun.
Sementara korban luka mencapai 2.800 orang dengan 200 di antaranya dalam kondisi kritis.
BERITA TERKAIT: