Protes dimulai dalam kelompok besar dan kecil di seluruh Jepang, Australia, Taiwan, dan Singapura, sebelum menyebar ke kota-kota di beberapa negara Eropa. Enam puluh protes telah direncanakan di Amerika Serikat.
Pada salah satu protes di ibu kota Swedia, Stockholm, sejumlah besar wanita berpakaian hitam berkumpul di alun-alun Sergels Torg untuk menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Bengali dan memegang plakat, menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan dan keselamatan wanita India.
“Berita tentang kejahatan keji yang dilakukan terhadap seorang dokter muda yang sedang bertugas membuat kita semua mati rasa dan terkejut dengan kekejaman, kebrutalan, dan pengabaian terhadap kehidupan manusia,” kata Dipti Jain, seorang penyelenggara protes global, seperti dimuat Reuters.
Jain, yang sekarang menjadi warga negara Inggris dan alumni Calcutta National Medical College and Hospital, bulan lalu mengorganisir protes dokter wanita di Inggris.
Pada 9 Agustus, mayat seorang dokter berusia 31 tahun ditemukan di RG Kar Medical College and Hospital. Korban bernama Moumita ditemukan di ruang seminar setelah bekerja selama 36 jam.
Laporan otopsi mengungkapkan rincian yang mengerikan. Para dokter yang memeriksa laporan tersebut mengindikasikan bahwa sifat luka-luka tersebut menunjukkan kemungkinan pemerkosaan dengang banyak pelaku.
Sejumlah besar 150ml sperma ditemukan di tubuhnya, yang menyiratkan bahwa banyak pelaku mungkin terlibat.
Seorang tersangka telah ditangkap bersama dengan mantan kepala sekolah R.G. Kar Medical College tempat korban belajar.
Mahkamah Agung India telah menjadwalkan sidang berikutnya untuk kasus dokter muda yang terbunuh pada hari Senin (9/9).
Meskipun undang-undang yang lebih ketat diberlakukan setelah pemerkosaan dan pembunuhan brutal terhadap seorang mahasiswi berusia 23 tahun di dalam bus yang sedang melaju di New Delhi pada tahun 2012, para aktivis mengatakan kasus Kolkata menunjukkan bagaimana perempuan terus menderita kekerasan seksual.
BERITA TERKAIT: