Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dalam pidatonya di acara International Sustainability Forum (ISF) "The Path to Pursuing Sustainable Future" di Jakarta pada Jumat (6/9).
Menlu mengungkap bahwa dunia saat ini mulai berfokus pada transisi menuju energi bersih dengan capaian investasi global lebih dari 1,7 triliun dolar AS.
Menurut Retno, ada perlombaan global menuju transisi ekonomi rendah karbon, dan Indonesia ingin menjadi bagian darinya.
Oleh sebab itu, kata Menlu, Indonesia yakin bahwa untuk memakmurkan bangsa di masa kini maupun mendatang mereka perlu mendorong pembangunan ke arah yang lebih berkelanjutan.
"Indonesia percaya bahwa pembangunan berkelanjutan adalah kunci kemakmuran masa depan," ujarnya.
Kendati demikian, Menlu RI menilai, Indonesia juga menghadapi tantangan karena capaian SDGs global masih sangat jauh dari target.
"Tingkat investasi transisi energi saat ini tidak cukup memadai untuk menempatkan dunia pada jalur menuju nol emisi bersih pada pertengahan abad ini," ucapnya.
Menlu Retno memaparkan tiga prioritas yang harus Indonesia kejar jika ingin berperan dalam peningkatan target SDGs. Pertama ialah pengembangan investasi ekonomi hijau.
"Kita harus memastikan bahwa teknologi hijau menjadi barang publik. Dan saya berharap melalui IISF, kita dapat bekerja sama erat dengan sektor swasta dalam memastikan investasi untuk pengembangan teknologi hijau yang terjangkau dan berbiaya rendah," kata dia.
Kedua, lanjut Menlu, Indonesia harus memanfaatkan potensi besar di sektor Ekonomi Biru karena diperkirakan mampu menghasilkan lebih dari 1,5 triliun dolar AS dan sekitar 30 juta lapangan pekerjaan per tahun.
Terakhir ialah penyerapan karbon. Menurut Menlu, sebagai negara hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia Indonesia memiliki kapasitas untuk menyerap emisi dalam jumlah besar.
"Indonesia mengadopsi strategi jangka panjang untuk ketahanan iklim dan rendah karbon 2050 dan peta jalan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat," paparnya.
BERITA TERKAIT: