Aksi ini dipicu oleh kasus tragis pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di rumah sakit milik pemerintah di Kolkata, Benggala Barat, yang terjadi pada 9 Agustus lalu saat ia sedang beristirahat.
Para demonstran, yang sebagian besar berasal dari kalangan tenaga medis, membawa spanduk bertuliskan "Keadilan yang tertunda berarti keadilan ditolak".
Aksi ini sempat dihentikan polisi setelah para demonstran memberikan layanan rawat jalan gratis kepada pasien di luar gedung kementerian sebagai bentuk protes.
Seperti dikutip
Irish Examiner, mereka mendesak pemerintah untuk segera mengesahkan undang-undang yang memberikan perlindungan lebih baik bagi pekerja layanan kesehatan, terutama dari ancaman kekerasan di tempat kerja.
Demonstrasi ini diketahui telah berlangsung selama lebih dari seminggu, di mana para tenaga medis di seluruh India juga menolak menangani pasien non-darurat sebagai bentuk solidaritas.
Kasus pemerkosaan dan pembunuhan di Kolkata ini telah menarik perhatian dunia, terutama karena keterlibatan relawan polisi bersama puluhan pelaku lainnya yang diduga melakukan pemerkosaan kepada korban. Saat ini, kasus tersebut sedang ditangani oleh penyidik federal.
Dokter yang terlibat dalam aksi ini menekankan bahwa peristiwa ini menunjukkan kerentanan pekerja medis di seluruh India, baik di rumah sakit maupun institusi pendidikan medis.
Berdasarkan data Biro Catatan Kejahatan Nasional India, jumlah kasus pemerkosaan di negara tersebut terus meningkat, dengan lebih dari 31.500 laporan pada tahun 2022, naik 20 persen dari tahun sebelumnya.
Untuk itu, mereka menuntut adanya undang-undang yang menetapkan setiap serangan terhadap tenaga medis sebagai pelanggaran berat tanpa kemungkinan jaminan, serta peningkatan keamanan dan fasilitas istirahat yang aman di rumah sakit.
Menanggapi aksi protes ini, pemerintah India telah meminta para dokter untuk kembali bekerja dan berjanji akan membentuk komite khusus untuk mengevaluasi tuntutan mereka.
BERITA TERKAIT: