Dikatakan bahwa delegasi Kementerian Pertahanan Rusia telah menandatangani kontrak pengiriman senjata itu sejak 13 Desember lalu dengan Organisasi Industri Dirgantara (AIO) milik pemerintah Iran yang disebut Ababil.
Informasi dari intelijen juga mengatakan bahwa personel militer Rusia juga sengaja mengunjungi Iran untuk mempelajari cara mengoperasikan Fath-360, yang bisa meluncurkan rudal dengan jangkauan maksimum 120 km dan hulu ledak seberat 150 kg.
"Puluhan personel militer Rusia sedang dilatih di Iran untuk menggunakan sistem rudal balistik jarak dekat Fath-360," ungkap laporan tersebut, seperti dimuat
Reuters pada Minggu (11/8).
Menurut pakar militer, Moskow memiliki serangkaian rudal balistiknya sendiri, tetapi pasokan Fath-360 akan digunakan untuk target jarak dekat.
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengatakan pihaknya dan sekutu NATO serta mitra G7 siap untuk memberikan respons yang cepat dan keras jika Iran melanjutkan transfer tersebut.
"Itu akan menjadi peningkatan dramatis dalam dukungan Iran terhadap perang agresi Rusia terhadap Ukraina," tegasnya.
Misi tetap Iran untuk PBB di New York mengatakan pihaknya telah menjalin kemitraan strategis jangka panjang dengan Rusia di berbagai bidang, termasuk kerja sama militer.
Kendati demikian, Iran menahan diri untuk tidak mentransfer senjata apa pun, termasuk rudal, yang berpotensi digunakan dalam konflik dengan Ukraina.
Kedua sumber intelijen tersebut tidak memberikan kerangka waktu yang pasti untuk pengiriman rudal Fath-360 ke Rusia tetapi mengatakan bahwa tranfer senjata itu akan segera dilakukan.
Mereka juga tidak memberikan rincian informasi intelijen apa pun tentang status kontrak dengan Abibal.
BERITA TERKAIT: