Voice of America melaporkan, konferensi tersebut digelar selama dua hari oleh Inter-Parliamentary Alliance on China (IPAC), sebuah kelompok yang mencakup ratusan anggota parlemen dari 35 negara. Mereka prihatin pada agresifitas Tiongkok, dan di sisi lain merumuskan pendekatan demokratis untuk menangani Tiongkok.
Konferensi ini disebut sebagai konferensi internasional di Taiwan yang dihadiri peserta asing terbanyak.
Presiden Taiwan Lai Ching-te yang memberikan sambutan kunci dalam pembukaan konferensi hari Selasa lalu (30/7) menggarisbawahi ancaman Tiongkok terhadap negara mana pun sebagai ancaman nyata bagi dunia.
“Taiwan akan melakukan segala daya untuk mendukung ‘payung demokrasi’ dengan mitra-mitra demokrasinya, untuk melindungi mereka dari ancaman ekspansi otoriter,” katanya anggota parlemen yang hadir.
Ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah Partai Kuomintang (KMT) yang bersedia bekerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) kalah dalam pemilihan presiden. Ini adalah kali pertama Taiwan dipimpin oleh presiden dari partai demokratik progresif yang secara tegas menyatakan bahwa Taiwan adalah entitas politik yang berbeda dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan memiliki definisi yang berbeda tentang “one China policy”.
BERITA TERKAIT: