Para analis mengaitkan pergeseran ini dengan semakin besarnya fokus Tiongkok pada ekspor produk dibandingkan investasi ke luar negeri.
Jimmy Yimming, produsen asal Tiongkok yang mengkhususkan diri pada produk rambut manusia, termasuk di antara mereka yang menjajaki peluang di Kenya.
Seperti dikutip dari
Pardafas.com, Yimming yang baru-baru ini memamerkan wignya di mal Nairobi, menyatakan optimismenya terhadap pasar Kenya.
“Saya pikir pasar Kenya sangat bagus. Saya tak sabar untuk tinggal di sini untuk waktu yang lama di masa depan, dan saya harap saya bisa mendapatkan kesempatan itu,” ujarnya.
Tiongkok telah menjadi investor besar di Kenya dan negara-negara Afrika lainnya, sebagian besar melalui Belt and Road Initiative (BRI). Hasilnya, Beijing telah menjadi sumber impor utama bagi Kenya, dan posisi ini terus dipertahankan.
Namun, data di Kenya menunjukkan bahwa antara tahun 2020 dan 2022, investasi Tiongkok di sektor konstruksi di Kenya, bidang utama investasi asing Tiongkok, mengalami menurun lebih dari 34 persen. Sebaliknya, investasi AS di Kenya sedikit meningkat pada periode yang sama, naik dari 7,1 persen menjadi 7,4 persen.
Analis riset Churchill Ogutu mencatat bahwa AS berfokus pada sektor-sektor penting di Kenya, termasuk kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, dan farmasi. “Secara umum, kami melihat sejumlah sektor yang biasanya menjadi penerima manfaat,” kata Ogutu.
“Kesehatan, TIK, dan farmasi adalah penerima manfaat utama dari investasi asing langsung ke Kenya, dan di sinilah Amerika menonjol.”
Laporan Departemen Luar Negeri tahun lalu menyoroti iklim bisnis yang menguntungkan di Kenya, yang menjadikannya menarik bagi perusahaan-perusahaan internasional yang mencari operasi regional atau pan-Afrika. Perusahaan-perusahaan Amerika terus menunjukkan minat yang kuat untuk memperluas kehadiran mereka di negara tersebut.
Laporan Biro Statistik Nasional juga menunjukkan adanya pergeseran sumber utama investasi asing di Kenya, dimana India kini melampaui Tiongkok, diikuti oleh Jepang.
BERITA TERKAIT: