Menurut laporan
Kantor Berita Rusia TASS, kedua pemimpin itu akan menandatangi sejumlah perjanjian untuk memperluas hubungan bilateral.
"Putin telah memutuskan untuk menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama kunjungan dua harinya," bunyi laporan tersebut.
Tidak diketahui jenis perjanjian apa yang akan ditandatangani, tetapi menurut
VOA merujuk pada informasi dari seorang penasihat kebijakan luar negeri Putin, dikatakan bahwa itu mungkin akan mencakup masalah pertahanan.
Jelang kunjungannya ke Pyongyang, Putin berjanji untuk bekerjasama dengan Korea Utara dalam melawan saksi Barat dan memperluas kemitraan mereka.
Rusia adalah pendukung lama Korea Utara. Meskipun hubungan mereka terkadang bermasalah, kedua negara baru-baru ini menemukan lebih banyak alasan untuk bekerja sama, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Pyongyang dituduh memberi Moskow 11.000 kontainer amunisi, serta rudal balistik, untuk digunakan di medan perang Ukraina.
Baik Korea Utara maupun Rusia menolak tuduhan tersebut.
Kekhawatiran meningkat pada September lalu ketika Kim memeriksa sejumlah senjata canggih Rusia saat mengunjungi beberapa lokasi militer di Rusia timur, termasuk fasilitas peluncuran ruang angkasa modern.
Meskipun peluncuran satelit terbaru Korea Utara menunjukkan tanda-tanda bantuan Rusia, para analis memperdebatkan sejauh mana kerja sama pertahanan akan berjalan, dan mencatat bahwa Rusia jarang berbagi teknologi militer tercanggihnya.
“Negara-negara ini tidak memiliki institusi dan nilai-nilai aliansi yang kuat. Mereka hanya terikat secara lemah oleh perlawanan terhadap penegakan hukum dan norma internasional,” kata kata Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha di Seoul.
BERITA TERKAIT: