Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Tiga Cara Desak Korea Utara Hentikan Senjata Nuklir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Jumat, 31 Mei 2024, 18:23 WIB
Ada Tiga Cara Desak Korea Utara Hentikan Senjata Nuklir
Dosen Studi Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Ratih dalam webinar "Strategic Crossroads: Navigating the North Korean Challenge in East Asian Security and Indonesian Foreign Policy" yang digelar atas kolaborasi Marapi Consulting and Advisory, Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) dan Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis, 31 Mei 2024/Repro
rmol news logo Meski menjadi alat negosiasi, perkembangan senjata nuklir Korea Utara telah memicu ketegangan di Semenanjung Korea.

Berbagai cara telah ditempuh baik upaya militer maupun diplomatik untuk menekan aktivitas nuklir Korea Utara. Tetapi hasilnya masih belum efektif.

Dosen Studi Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Ratih Indraswari menilai ada tiga bentuk tekanan yang bisa dilakukan agar Korea Utara mengubah kebijakan kerasnya.

Pertama ialah Trilateral Pressures. Dijelaskan Ratih, cara ini bisa ditempuh melalui kerjasama tiga negara, dengan peran Indonesia di dalamnya.

"Kita sebenarnya sudah ada (trilateral pressures), Indonesia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Kemudian ada China, Korea Selatan Indonesia," ungkapnya dalam webinar "Strategic Crossroads: Navigating the North Korean Challenge in East Asian Security and Indonesian Foreign Policy" yang digelar atas kolaborasi Marapi Consulting and Advisory, Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) dan Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis  (31/5).

Kendati demikian, menurut Ratih, kerjasama Indonesia, Korea Selatan dengan AS lebih memungkinkan dibandingkan China.

Selanjutnya adalah Collective Pressures. Ratih menjelaskan bahwa upaya ini bisa ditempuh melalui salah satu ASEAN Regional Forum (ARF), sebuah forum dialog isu-isu politik dan keamanan di Asia Pasifik, di mana Korea Utara dan Selatan merupakan anggotanya.

"Tekanan melalui jalur multilateral ASEAN lebih memungkinkan karena tidak hanya Indonesia yang memiliki hubungan dekat dengan Korea Utara, tetapi ada Vietnam dan Kamboja," paparnya.

Jalur terakhir, adalah Soft Pressures. Ratih mengatakan upaya ini akan berfokus pada pendekatan people to people. Bisa ditempuh melalui upaya diplomasi yang dilakukan oleh Kedutaan Besar RI di Pyongyang.

"Korea menutup diri ketika Covid-19. Indonesia memiliki Kedubes di sana, ini satu-satunya jalan untuk menjangkau rakyat Korea Utara," kata Ratih.

Webinar yang diikuti oleh ratusan peserta ini menghadirkan sejumlah narasumber ternama di antaranya Ketua Umum AIHII Agus Haryanto, Dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Ratih Indraswari dan Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Hariyadi Wirawan.

Diskusi daring tersebut membicarakan mengenai ketegangan militer di Asia Timur, berfokus pada perkembangan senjata nuklir Korea Utara dan dampaknya pada stabilitas dan keamanan kawasan, serta bagaimana Indonesia menempatkan diri dalam situasi tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA