Aktivitas ini menjadi sangat sensitif, karena pengerahan kapal perang AS terjadi hanya dua minggu sebelum pelantikan Presiden terpilih Taiwan, Lai Cheng-te.
China mengecam pelayaran kapal perang tersebut karena melintasi selat Taiwan yang diklaim Beijing masih berada di bawah yurisdiksinya.
Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) China dalam sebuah pernyataan memperingatkan bahwa pihaknya akan terus memantau pergerakan kapal AS.
"PLA selalu dalam siaga tinggi dan akan dengan tegas membela kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas regional," bunyi pernyataan tersebut, seperti dimuat
Reuters.
Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan bahwa kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Halsey melakukan transit rutin melalui Selat Taiwan.
"Kapal perang AS, dan terkadang pesawat patroli Angkatan Laut AS, melewati atau melintasi selat tersebut sebulan sekali," bunyi laporan tersebut.
Tuduhan China tidak bisa diterima oleh AS karena Selat Taiwan adalah jalur perairan internasional.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa kapal AS berlayar ke selatan melalui selat tersebut dan pasukan Taiwan telah memantau situasi namun tidak melihat adanya tanda bahaya.
Taiwan waspada terhadap setiap manuver militer China di sekitar pulau itu menjelang pelantikan Presiden Lai.
Selama empat tahun terakhir, militer China terus meningkatkan aktivitasnya secara besar-besaran di sekitar Taiwan, seperti menerbangkan pesawat tempur melewati garis tengah selat tersebut, yang pernah menjadi zona penyangga tidak resmi.
China mengatakan mereka tidak mengakui keberadaan garis tersebut.
BERITA TERKAIT: