Forum tingkat tinggi itu merupakan acara diplomatik paling penting yang diadakan China selama dua hari mulai Selasa (17/10) hingga Rabu (18/10).
Mengusung tema "High-quality Belt and Road Cooperation: Together for Common Development and Prosperity", forum itu akan menghadirkan lebih dari 140 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional.
Bahkan, menurut kantor berita
Xinhua, telah ada lebih dari 4.000 delegasi yang mendaftar untuk berpartisipasi dalam BRF ke-3.
Pada Selasa (17/10), Presiden Xi Jinping dilaporkan akan menghadiri pembukaan BRF, menyampaikan pidato dan mengadakan jamuan makan dengan para tamu yang hadir dalam forum.
Setelahnya, tiga forum tingkat tinggi akan diadakan secara bersamaan untuk diskusi mendalam mengenai konektivitas, pembangunan ramah lingkungan, dan ekonomi digital.
Selain itu, enam forum tematik akan digelar secara paralel dengan topik konektivitas perdagangan, ikatan antar masyarakat, pertukaran wadah pemikir, jalan sutra bersih, kerja sama subnasional, dan kerja sama maritim.
Pertemuan para CEO juga akan berlangsung selama BRF.
Sejak diluncurkan pada 2013, BRI telah berkembang dari ide menjadi tindakan, dari visi menjadi kenyataan.
Pada bulan Juni 2023, China telah menandatangani lebih dari 200 perjanjian kerja sama BRI dengan lebih dari 150 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional di lima benua, yang menghasilkan sejumlah proyek unggulan dan proyek berskala kecil namun berdampak.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhaoxu berharap BRF ke-3 mampu memberikan hasil yang substansial, baik dalam bentuk dokumen kerja sama, inisiatif dan mekanisme, serta dalam hal proyek, dana dan langkah-langkah.
"Jumlah total hasil yang dicapai kemungkinan akan melebihi dua forum sebelumnya," ungkapnya.
Dewan Eksekutif Belt and Road School di Beijing Normal University, Hu Biliang menilai fokus BRF ke-3 pada pembangunan bersama dan kemakmuran akan sangat meningkatkan harapan internasional terhadap globalisasi ekonomi.
"Forum ini akan menunjukkan kepada dunia bahwa BRI akan menjadi proyek global yang bersifat jangka panjang, transnasional, dan sistematis di abad ke-21," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: