Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengungkapkan pendapatnya lewat sebuah unggahan di Facebook, sebelum bertemu dengan para menteri dari negara-negara Teluk.
“Setelah sekian lama, topik utama konsultasi internasional bukanlah perang di Ukraina,” tulis Szijjarto, seperti dikutip dari
RT, Rabu (11/10).
“Serangan teroris terhadap Israel, seperti sambaran petir dari langit, telah mengguncang politik internasional," ungkapnya.
Szijjarto dan menteri luar negeri Uni Eropa lainnya bertemu pada Selasa dengan rekan-rekan mereka dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, yang bersama-sama membentuk Dewan Kerjasama Teluk.
KTT yang digelar di Oman didominasi oleh perang yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Szijjarto dalam postingan terpisah di Facebook juga memperingatkan bahwa peristiwa buruk yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dapat membahayakan hasil upaya perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab.
“Hal terpenting saat ini adalah mencegah eskalasi konflik,” tulisnya.
“Negara-negara Arab di kawasan Teluk mempunyai peran penting dalam hal ini, itulah sebabnya pertemuan para menteri luar negeri negara-negara UE-Teluk memiliki arti yang sangat penting," lanjut diplomat Hongaria tersebut.
Pemerintah Hongaria juga mengambil sikap serupa terhadap konflik di Ukraina, dimana Szijjarto dan Perdana Menteri Viktor Orban berulang kali menyerukan gencatan senjata dan perundingan damai, sambil menentang bantuan militer Uni Eropa lebih lanjut kepada Kyiv dan menolak mengizinkan senjata Barat masuk ke Ukraina dari wilayah Hongaria.
Hongaria juga menuduh para pemimpin UE meningkatkan pertempuran di Ukraina sehingga merugikan perekonomian negaranya sendiri dan berisiko memicu perang global.
“Setiap kali terjadi perang di luar Eropa, UE memandang rendah moral mereka dan menyerukan perdamaian, negosiasi, dan segera mengakhiri kekerasan. Namun ketika perang terjadi di Eropa, UE memicu konflik dan memasok senjata,” kata Szijjarto kepada surat kabar Hungaria Magyar Nemzet pekan lalu.
Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel pada Sabtu akhir pekan lalu, menembakkan roket ke kota-kota Israel dan menyerbu pemukiman Yahudi di dekat perbatasan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapinya dengan menyatakan keadaan perang dan melancarkan serangan udara ke Gaza yang berpenduduk padat.
Hingga Selasa (10/10), lebih dari 1.000 warga Israel dan hampir 800 warga Palestina telah terbunuh, menurut angka dari masing-masing pihak.
BERITA TERKAIT: