Mengutip laporan
Aljazeera, Selasa (26/9), momen tersebut telah membawa berbagai perasaan emosional bagi para penduduk setempat yang menyaksikan kota mereka hancur dalam kebakaran yang menghanguskan pada 8 Agustus.
"Beberapa dari mereka yang tiba di kota ini berhenti sejenak untuk merenung atas kehancuran yang mereka saksikan. Ada juga yang sibuk mencari kenang-kenangan yang mungkin masih bisa mereka temukan di tengah reruntuhan yang tersisa," kata administrator sementara Badan Manajemen Darurat Maui, Darryl Oliveira.
Menurutnya, hingga dini hari, sekitar 16 kendaraan yang membawa penduduk setempat telah memasuki kawasan itu, di mana area pertama yang diizinkan untuk penduduk kembali ada di zona sekitar dua lusin lahan di bagian utara Lahaina.
Penduduk diberikan izin untuk masuk ke zona ini dengan waktu yang diawasi dari Senin dan Selasa pada pukul 08.00 hingga 16.00, dengan pejabat kota mengimbau agar para penduduk yang kembali tidak menyaring abu, karena ada potensi terjadinya debu beracun.
Warga yang kembali ke kota ini telah diberikan akses ke air bersih, tempat berteduh, fasilitas mencuci, toilet portable, layanan kesehatan fisik dan mental, serta bantuan transportasi jika diperlukan. Organisasi nirlaba juga menyediakan alat pelindung diri seperti masker dan pakaian pelindung.
Para pejabat kota berusaha keras untuk memastikan bahwa warga memiliki ruang dan privasi untuk mereka merenung atau berduka di kawasan itu.
Salah satu warga Lahaina bernama Jes Claydon memiliki kesempatan untuk melihat reruntuhan rumah sewaannya, tempat dia tinggal selama 13 tahun dan membesarkan tiga anaknya.
"Saya ingin memiliki kesempatan untuk berada di sana dan merasakan apa yang telah terjadi, serta membawa barang yang bisa diselamatkan. Apa pun yang bisa saya temukan, bahkan jika itu hanya toples kaca laut, saya tidak sabar untuk mengambilnya. Ini adalah bagian dari rumah saya," katanya.
Sebuah tim sukarelawan dari Samaritan’s Purse, organisasi pelayanan Kristen non-denominasi dikerahkan untuk membantu para penduduk menyortir apa yang masih tersisa dari rumah mereka, mencari kenang-kenangan, dan memulai proses pemulihan.
Kebakaran hutan yang melanda kota ini telah mengakibatkan setidaknya 97 korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 2.000 bangunan, sebagian besar adalah rumah.
BERITA TERKAIT: