Penasihat presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, mengatakan pada Jumat (22/9) bahwa negaranya tidak ingin memperluas konflik dan akan berusaha mencari perdamaian. Itu bisa terjadi jika pihak lawan segera menyadari untuk menghentikan setiap agresi dan meletakkan senjatanya.
“Bahkan sehubungan dengan mantan anggota militer dan kombatan, jika mereka dapat diklasifikasikan sedemikian rupa, dan bahkan bagi mereka, kami mempertimbangkan amnesti," katanya, seperti dikutip
Reuters.
Dia berjanji bahwa Baku akan menghormati hak-hak penduduk Armenia di Karabakh, dan menjadikan hal ini sebagai bagian dari proses reintegrasi.
Dia juga mengatakan tiga truk berisi muatan kemanusiaan akan dikirim ke wilayah tersebut pada Jumat malam.
Ketegangan kembali berkobar di Nagorno-Karabakh. Pada Kamis (19/9) ketegangan pecah dengan kedua pihak saling baku tembak.
Baku mengumumkan pihaknya meluncurkan apa yang digambarkannya sebagai “tindakan anti-teroris lokal” dan menuntut penarikan pasukan Armenia dari wilayah tersebut. Yerevan, sebaliknya, mengatakan tidak ada pasukan Armenia di Karabakh, dan menyebut apa yang terjadi sebagai “tindakan agresi skala besar.”
Penduduk ibu kota Armenia turun ke jalan untuk melakukan protes di luar gedung pemerintah Armenia, menyalahkan kepemimpinan negara dan Perdana Menteri Nikol Pashinyan atas situasi tersebut.
Rusia meminta pihak-pihak yang bertikai untuk mencegah jatuhnya korban sipil dan kembali ke solusi diplomatik.
BERITA TERKAIT: