Hal itu diungkap juru bicara layanan darurat yang berbasis di Tripoli, Osama Ali, dalam sebuah pernyataan pada Rabu (13/9).
Menurut penuturan Ali, jumlah pasti korban tewas belum bisa ditentukan karena tim masih melakukan pencarian.
"Korban tewas akibat banjir dahsyat yang melanda Libya timur telah meningkat menjadi sekitar 5.500 orang, dan 7.000 lainnya terluka," ungkapnya, seperti dimuat
Xinhua.
Selain itu, Ali juga mengungkap sekitar 10.000 orang dilaporkan hilang dan 30.000 orang mengungsi akibat banjir.
Dia menambahkan, daerah-daerah yang dilanda banjir menghadapi kekurangan pasokan bahan pokok.
Sebagian besar kota di kawasan Mediterania itu tersapu oleh semburan air yang dihasilkan oleh badai dahsyat yang menyapu dasar sungai yang biasanya kering pada Minggu malam (10/9).
Banjir membobol bendungan di atas kota tersebut. Gedung-gedung bertingkat runtuh, begitu juga pemukiman di mana keluarga-keluarga sedang tidur di dalamnya.
Pantai dipenuhi dengan pakaian, mainan, perabotan, sepatu, dan harta benda lainnya yang tersapu arus deras dari rumah-rumah.
Jalanan tertutup lumpur tebal dan dipenuhi pepohonan tumbang serta ratusan mobil rusak, banyak yang terbalik atau terjatuh ke atap. Satu mobil terjepit di balkon lantai dua sebuah bangunan yang hancur.
Kerusakan terlihat jelas di atas kota Derna, di mana pusat kota yang padat penduduk, yang dibangun di sepanjang dasar sungai musiman, kini berupa tanah datar berbentuk bulan sabit dengan hamparan air berlumpur yang berkilauan di bawah sinar matahari.
Walikota Derna Abdulmenam al-Ghaithi memperkirakan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18.000 hingga 20.000 berdasarkan jumlah distrik yang hancur akibat banjir.
BERITA TERKAIT: