Pengumuman tersebut disampaikan Netanyahu pada Minggu (3/9), di tengah meningkatnya ketegangan mengenai masuknya pencari suaka dari Afrika.
“Kami mendirikan pagar di perbatasan selatan kami (Mesir) dan menghentikan infiltrasi dari sana ke Israel,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari
Times of Israel, Senin (4/9).
“Dengan demikian, kami menghentikan lebih dari satu juta penyusup dari Afrika, yang akan menghancurkan negara kami. Sekarang kami akan membangun pagar di perbatasan timur (Yordania) dan memastikan tidak ada penyusupan dari sana," ujarnya.
Pernyataan Netanyahu dibuat setelah ia menggelar pertemuan khusus para menteri di kabinetnya sebagai tanggapan atas kerusuhan besar-besaran yang melibatkan migran Eritrea pada Sabtu di Tel Aviv.
Ia menyerukan kepada para menterinya untuk mempersiapkan rencana baru untuk mendeportasi tidak hanya warga negara asing yang terlibat dalam kekerasan akhir pekan ini, namun juga migran Afrika lainnya.
Pemerintahan Netanyahu menyangkal status pengungsi sebagian besar pencari suaka asal Afrika, dan menyebut mereka sebagai “penyusup ilegal.”
Israel dilaporkan menampung sekitar 25.000 migran, termasuk 18.000 dari Eritrea. Banyak dari mereka memasuki Israel secara ilegal dengan melintasi Semenanjung Sinai di Mesir.
Tembok perbatasan selatan Israel selesai dibangun pada bulan Desember 2013, sehingga mengurangi tajam imigrasi ilegal ke negara tersebut.
Dalam pernyataannya Netanyahu juga menyerukan tindakan keras terhadap kelompok migran Eritrea yang bersaing yang melakukan tawuran di Tel Aviv pada Sabtu.
Lebih dari 150 orang terluka dalam peristiwa Sabtu. Para perusuh memecahkan jendela toko serta merusak mobil saat mereka menggunakan bahan bangunan dan batu. Puluhan petugas polisi juga terluka.
Pemerintah Israel menyelesaikan pembatas sepanjang 21 mil antara Israel selatan dan Yordania pada Mei 2018. Proyek baru yang baru diumumkan akan memperluas pagar tersebut ke utara di sepanjang perbatasan timur.
BERITA TERKAIT: