Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa termasuk di antara pemimpin pertama yang mengucapkan selamat kepada Mnangagwa dalam pemilu yang ditentang oposisi.
Dalam sebuah tweet, pemimpin Afrika Selatan itu mengungkapkan harapan terbaiknya untuk masa jabatan Presiden Zimbabwe yang akan datang.
Dalam pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh kepresidenan Afrika Selatan, Ramaphosa mengatakan bahwa pemilu berlangsung dalam kondisi ekonomi yang sulit, karena sanksi yang memberatkan yang terus ditanggung oleh rakyat Zimbabwe secara tidak adil.
China dan Rusia, sekutu utama Zimbabwe juga telah mengirimkan pesan ucapan selamat mereka setelah Komisi Pemilihan Umum Zimbabwe (ZEC) mengumumkan kemenangan Mnangagwa pada hari Sabtu.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pernyataannya pada Senin (28/8) mengucapkan selamat dan menyebut Zimbabwe sebagai teman Tiongkok.
“Kami siap bekerja sama dengan pemerintahan baru untuk membawa kemitraan kerja sama strategis komprehensif kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi,” katanya dalam sebuah pernyataan, menyerukan agar sengketa pemilu dibawa ke pengadilan.
Terkait hasil pemilihan, Wang menekankan bahwa China tidak akan mengganggu proses internal di negara itu.
“Hasil pemungutan suara menegaskan dukungan luas terhadap kebijakan Presiden Mnangagwa yang bertujuan untuk memperkuat sistem negara, memastikan stabilitas internal dan melaksanakan reformasi dengan tujuan membentuk kondisi untuk pembangunan negara selangkah demi selangkah berdasarkan menjaga keamanan negara, hak dan kepentingan berbagai kelompok dan lapisan masyarakat Zimbabwe,” tambah pernyataan itu.
Rusia juga mengeluarkan pernyataan ucapan selamat yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri.
"Moskow menegaskan kembali komitmennya yang teguh untuk lebih mengembangkan dan memperkuat kemitraan komprehensif dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Republik Zimbabwe yang bersahabat dan interaksi erat mereka dalam isu-isu internasional dan regional,” menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.
Hasil kontroversial dari pemungutan suara presiden yang diumumkan jauh lebih awal dari yang diharapkan pada Sabtu menyusul pemungutan suara bermasalah lainnya di negara Afrika selatan tersebut menunjukkan Mnangagwa memperoleh 52,6 persen suara dibandingkan dengan 44 persen untuk kandidat oposisi utama Nelson Chamisa dari partai Koalisi Warga untuk Ganti (CCC).
Chamisa, 45 tahun, telah berjanji untuk menentang hasil dan penyimpangan yang menjadi ciri pemilu tersebut, yang menurut para pengamat internasional menimbulkan pertanyaan mengenai kredibilitas pemilu tersebut.
“Tuan Mnangagwa tahu bahwa dia telah melakukan kudeta sejak 2008, kudeta pada pemungutan suara, 2017, kudeta terhadap pemimpin terpilih. 2018, kudeta pada pemungutan suara, dia mengulanginya lagi, 2023, kudeta pada pemungutan suara,” kata Chamisa pada Minggu (27/8).
BERITA TERKAIT: