Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Gabriel Attal pada Minggu (27/8), sebelum sekolah dibuka kembali September mendatang.
Langkah ini dilakukan setelah berbulan-bulan perdebatan mengenai abaya di sekolah-sekolah, di mana perempuan dan anak perempuan dilarang mengenakan jilbab, salib besar Kristen, dan yarmulkes Yahudi.
“Saya telah memutuskan bahwa abaya tidak lagi dikenakan di sekolah,” kata Attal kepada saluran tivi nasional, seperti dikutip dari
The National, Senin (28/8).
“Saat Anda masuk ke ruang kelas, Anda tidak seharusnya bisa mengidentifikasi agama murid hanya dengan melihat mereka," ujarnya.
Kelompok sayap kanan dan sayap kanan telah mendorong pelarangan tersebut, yang menurut kelompok kiri akan melanggar kebebasan sipil.
“Sekulerisme berarti kebebasan untuk membebaskan diri melalui sekolah,” kata Attal.
Dia menggambarkan abaya termasuk “isyarat keagamaan” yang bertujuan untuk menguji cita-cita sekuler Perancis.
Attal mengatakan dia akan memberikan peraturan yang jelas di tingkat nasional kepada kepala sekolah sebelum kembali bersekolah secara nasional mulai tanggal 4 September mendatang.
Prancis, yang telah memberlakukan larangan ketat terhadap tanda-tanda keagamaan di sekolah-sekolah negeri sejak undang-undang abad ke-19 menghapuskan pengaruh tradisional Katolik Roma dari pendidikan publik, telah berjuang untuk memperbarui pedoman untuk menghadapi minoritas Muslim yang semakin meningkat.
Pada tahun 2004, mereka melarang jilbab di sekolah-sekolah dan mengeluarkan larangan penggunaan cadar di depan umum pada tahun 2010, yang membuat marah beberapa komunitas Muslim yang berjumlah lima juta orang.
Membela sekularisme adalah seruan di Perancis yang bergema di seluruh spektrum politik, mulai dari kelompok sayap kiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai liberal Pencerahan hingga pemilih sayap kanan yang mencari benteng melawan semakin besarnya peran Islam dalam masyarakat Perancis.
Hingga saat ini, abaya masih menjadi wilayah abu-abu.
CFCM, sebuah badan nasional yang mencakup banyak asosiasi Muslim, mengatakan bahwa pakaian bukanlah “tanda keagamaan”.
Pengumuman ini merupakan langkah besar pertama yang dilakukan Attal sejak ia dipromosikan musim panas ini untuk menangani portofolio pendidikan yang sangat kontroversial.
Bersama Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, ia dianggap sebagai bintang baru yang bisa memainkan peran penting setelah Presiden Emmanuel Macron mundur pada tahun 2027.
BERITA TERKAIT: