Perintah dikeluarkan lewat dokumen internal yang tersebar luas pada Sabtu (26/8). Pasukan Niger diminta untuk berada dalam siaga maksimum yang memungkinkan pasukan untuk merespons secara memadai jika terjadi serangan.
“Ancaman agresi terhadap wilayah nasional semakin terasa,” begitu isi perintah tersebut, seperti dikutip
Al Arabiya.
Blok utama Afrika Barat, ECOWAS, telah berusaha bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta, namun menyatakan siap mengerahkan pasukan untuk memulihkan ketertiban konstitusional jika upaya diplomatik gagal.
Pada Jumat (25/8), ECOWAS meremehkan ancaman ini dan mengatakan bahwa mereka bertekad untuk melakukan segala upaya untuk mengakomodasi upaya diplomatik, meskipun intervensi tetap menjadi salah satu opsi yang ada.
“Untuk menghindari keraguan, izinkan saya menyatakan dengan tegas bahwa ECOWAS tidak menyatakan perang terhadap rakyat Niger, juga tidak
ada rencana, seperti yang dikatakan, untuk menyerang negara ini,” kata Presiden Komisi ECOWAS Omar Alieu Touray.
Keputusan blok tersebut pada awal Agustus untuk mengaktifkan kekuatan siaga untuk kemungkinan intervensi telah menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang selanjutnya dapat mengganggu stabilitas wilayah Sahel yang dilanda pemberontakan.
BERITA TERKAIT: