“Sebuah detasemen kapal Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China saat ini beroperasi di perairan Laut China Timur dan telah menempuh jarak lebih dari 6.400 mil laut sejak dimulainya patroli,” kata Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat (18/8).
Dikutip dari
USNI, armada tersebut telah berlayar bersama sejak 27 Juli, ketika berangkat dari Vladivostok, Rusia. Saat itu terdiri dari 10 kapal, meliputi kapal perusak Angkatan Laut Rusia RFS Admiral Panteleyev (548) dan RFS Admiral Tributs (564), korvet RFS Gremyashchiy (337) dan Pahlawan RFS Federasi Rusia Aldar Tsydenzhapov (339), serta armada kapal tanker Pechenga.
Sedangkan kapal Angkatan Laut China (PLAN) adalah kapal perusak China CNS Guiyang (119) dan CNS Qiqihar (121), fregat CNS Zaozhuang (542) dan CNS Rizhao (598), serta kapal tangki armada CNS Taihu (889).
Ketika armada berlayar di dekat Alaska, armada itu memiliki 11 kapal. Kapal ke-11 diidentifikasi sebagai kapal pengintai kelas Dongdiao Kaiyangxing (796) oleh Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang.
Pada awal pekan ini, jurubicara Kementerian Pertahanan Nasional China Kolonel Senior Wu Qian menolak kritik terhadap patroli bersama tersebut.
“Kerja sama antara militer China dan Rusia benar-benar berbeda dari praktik beberapa negara lain yang berpegang teguh pada mentalitas Perang Dingin, terlibat dalam konfrontasi kamp, dan menindas hegemoni di mana-mana,” kata Wu.
Kapal angkatan laut militer China dan Rusia baru-baru ini melakukan patroli maritim bersama. Ia menegaskan patroli tidak menargetkan pihak ketiga mana pun dan tidak ada hubungannya dengan situasi internasional dan regional saat ini.
BERITA TERKAIT: