Pemerintah Myanmar mencatat, banjir dan tanah longsor telah menewaskan lima orang. Sementara puluhan ribu lainnya harus mengungsi dari negara bagian Kachin, Karen, Chin, Rakhine, serta wilayah Magway dan Bago.
Biara-biara pun menjadi lokasi bagi warga untuk mengungsi dari air yang belum surut.
“Ruangnya kecil dan tidak banyak ruang untuk tidur. Kami harus berbaring bersebelahan,” kata seorang warga, Tin Win, berusia 52 tahun.
Ia mengatakan meskipun kondisi di penampungan sempit dan orang-orang hanya menerima makan dua kali sehari, dia bersyukur karena aman dan kering.
“Jika tidak ada lagi hujan, kami berharap bisa pulang dalam tiga hari," lanjutnya, seperti dikutip
AFP.
Biro cuaca Myanmar mengatakan Sungai Bago telah naik satu kaki lebih tinggi pada Sabtu, tetapi diperkirakan akan mulai turun dalam beberapa hari mendatang.
Myanmar mengalami hujan monsun yang lebat setiap tahun, tetapi para ilmuwan percaya situasi ini lebih buruk karena perubahan iklim.
Di sisi lain, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi. Selain itu, Myanmar menghadapi konflik berdarah antara junta dan pemberontak.
BERITA TERKAIT: