Hal itu diungkapkan putra bungsu Suu Kyi, Kim Aris, yang menetap dan memperoleh kewarganegaraan Inggris, dalam sebuah wawancara pada Rabu (2/8).
Menurut Aris, meski lima dari 19 dakwaan yang dijatuhkan pada ibunya telah dihapuskan, tetapi keputusan itu tetap percuma.
"Keputusan Junta mengurangi hukuman ibuku selama beberapa tahun sama sekali tidak berarti apa-apa," ujarnya, seperti dimuat
The Star. Lebih lanjut, Aris menilai bahwa Junta sengaja mengurangi hukuman ibunya untuk mendapat perhatian internasional dan menyebar propaganda.
"Itu tidak cukup jauh. Seluruh dunia tahu militer telah memainkan permainan ini dengan propaganda, mencoba membuat diri mereka terlihat lebih baik," tegasnya.
Sejak ibunya ditangkap dalam kudeta militer 2021 lalu, Aris mengaku tidak pernah berkomunikasi dan tidak mengetahui kondisi Suu Kyi saat ini.
Pria berusia 44 tahun itu juga tidak percaya dengan laporan yang menyebut bahwa ibunya telah dipindahkan dari penjara ke tahanan rumah.
Suu Kyi telah memenangkan pemilu 2015, yang diadakan sebagai bagian dari reformasi militer tentatif, dan partainya menang lagi pada 2020, sebelum militer mengeluhkan tentang kecurangan pemilu dan melakukan kudeta.
Peraih Nobel berusia 78 tahun itu menyangkal dan sudah mengajukan banding atas semua tuduhan yang didakwakan kepadanya, mulai dari penghasutan dan penipuan pemilu hingga korupsi.
BERITA TERKAIT: