Pada Selasa (18/7), sebanyak 13 kematian dalam satu hari dilaporkan oleh otoritas kesehatan negara itu, hingga total ada 80 kematian hanya dalam periode Juli, jauh melampaui angka yang terjadi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yang mencatat sembilan kematian.
Mengutip
Anadolu Agency, Rabu (19/7), dalam data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DJP), saat ini ada sekitar 1.533 pasien DBD baru yang sedang menjalani rawat inap. Data tersebut juga mencatat total 127 kematian, yang telah meningkatkan jumlah total kasus menjadi 24.000 di sepanjang tahun ini dan menjadikannya sebagai kasus demam berdarah tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (DGHS), wanita lebih banyak meninggal dunia akibat penyakit ini, sementara pria terutama yang berusia 18-40 tahun, lebih rentan terhadap infeksi.
Melihat peningkatan yang signifikan pada tujuh bulan pertama di tahun ini, para pakar kesehatan Bangladesh telah mengeluarkan seruan darurat kesehatan masyarakat nasional untuk wabah tersebut, dalam acara yang diadakan oleh Asosiasi Medis Bangladesh (BMA) di Dhaka.
“Situasi saat ini sudah di luar kendali dan kami mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan lebih lanjut,” kata pakar kesehatan masyarakat, Dr. Mushtuq Hussain.
Pada tahun 2022, Bangladesh mencatat 281 jumlah kematian akibat nyamuk betina aedes aegypti yang biasanya ditemui saat curah hujan sedang tinggi.
Tahun ini, negara itu diprediksi akan mencatat jumlah kematian yang lebih tinggi lagi dilihat dari kasus yang melonjak pada periode ini dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya mencatat 10 ribu kasus di bulan Juli.
BERITA TERKAIT: