Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, keputusan Iran untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam SCO, telah melalui melalui proses pertimbangan yang sangat panjang.
"Iran telah berpikir sangat panjang, sehingga akhirnya menjadi anggota penuh SCO pada hari ini," ungkapnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL pada Selasa (4/7).
Selain itu, kata Rezasyah, keputusan Iran juga dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik, di mana polarisasi kerja sama kawasan sudah menjadi hal yang marak dilakukan.
"Kawasan Eurasia telah semakin berkembang secara ekonomi, dan matang untuk kerja sama dengan anggota baru dari dalam kawasan," jelasnya.
Dalam kacamata geostrategis, Rezasyah menilai bahwa Iran nampaknya tengah memperhitungkan peran militer dari dua anggota SCO besar seperti China dan Rusia.
Menurutnya, jika Iran mampu lebih merapatkan barisan pada China dan Rusia, maka bisa jadi persatuan mereka mampu membendung kekuatan Barat.
"Iran tampaknya melihat jika kombinasi China dan Rusia akan menjadi kekuatan yang luar biasa secara militer, dan dapat menjadi penyeimbang kepemimpinan global Amerika Serikat," kata Rezasyah.
Rezasyah juga menyoroti implikasi kedekatan Iran dengan China dan Rusia terhadap kekuatan nuklir Iran yang banyak dipermasalahkan sekutu Barat.
"Faktor Nuklir juga menjadi perhatian Iran. Karena mengusik kepemilikan Iran dapat juga mengusik China dan Rusia," paparnya.
Iran diperkirakan menjadi anggota resmi SCO dalam gelaran KTT yang berlangsung di bawah keketuaan India hari ini, Selasa (4/7).
Sementara proses untuk Belarusia sedang berlangsung dan diperkirakan baru selesai tahun depan.
BERITA TERKAIT: