Serangan Israel pada Senin (3/7) disebut menjadi serangan terbesar yang dilakukan terhadap Tepi Barat dalam dua dekade terakhir.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya delapan warga Palestina tewas dan 50 luka-luka, beberapa kritis. Sementara sekitar 3.000 warga Palestina telah meninggalkan kamp pengungsi Jenin setelah operasi Israel.
Sebagai respons,
Arab News melaporkan, Otoritas Palestina dan negara tetangga Yordania dan Mesir serta Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara mengutuk kekerasan tersebut.
“Rakyat Palestina kami tidak akan berlutut, tidak akan menyerah, tidak akan mengibarkan bendera putih, dan akan tetap teguh di tanah mereka menghadapi agresi brutal ini,” kata jurubicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh.
Gedung Putih mengatakan sedang memantau dengan cermat situasi di Tepi Barat.
"Kami telah melihat laporan dan sedang memantau situasi dengan cermat. Kami mendukung keamanan dan hak Israel untuk membela rakyatnya dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok teroris lainnya," kata jurubicara Gedung Putih. “
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku sangat prihatin dengan perkembangan di Jenin. Guterres menegaskan bahwa semua operasi militer harus dilakukan dengan penuh hormat terhadap hukum humaniter internasional.
Koordinator kemanusiaan PBB di wilayah Palestina, Lynn Hastings, mengatakan dia khawatir dengan skala operasi pasukan Israel. Ia juga menyoroti serangan udara di kamp pengungsi yang padat penduduk.
Pada Senin sore, tentara Israel mengatakan telah menemukan tiga fasilitas pembuatan senjata, menyita ratusan bahan peledak, dan menembak dua pria bersenjata Palestina selama baku tembak.
Tentara juga melaporkan baku tembak antara pasukan keamanan Israel dan orang-orang bersenjata Palestina di sebuah masjid di mana tentara menemukan alat peledak, senjata, dan peralatan militer.
BERITA TERKAIT: