Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin dalam pengarahan Senin (3/7) mengingatkan bahwa ketegangan masih tinggi sehingga semua perlu waspada dan tetap berjaga. Perlu untuk menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan lingkungan sekaligus bersikap tegas terhadap para perusuh.
Ia juga memuji kerja aparat, yang menurut keterangannya sebanyak 3.200 orang telah ditahan selama kerusuhan yang melanda negara itu selama hampir sepekan, setelah seorang polisi membunuh remaja 17 tahun di Nanterre, Selasa (27/6).
"Penegakan hukum sangat aktif. Sebanyak 3.200 orang telah ditahan dalam tiga hari, angka yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Darmanin mencatat bahwa usia rata-rata para tahanan adalah 17 tahun.
“Dari 3.200 orang ini, 60 persen tidak pernah bermasalah dengan hukum sebelumnya,” tambahnya.
Kerusuhan di Prancis bermula ketika Nahel Merzouk, 17 tahun, mencoba menghindar dari pemeriksaan petugas lalu lintas. Polisi yang mengejarnya telah memperingatkannya agar berhenti sambil menodongkan pistol, tetapi Nahel terus memacu kendaraannya. Nahel tewas dengan luka tembak di dada. Polisi yang menembakkan senjata dinasnya ke remaja asal Aljazair itu telah ditahan.
Selama kerusuhan, pihak berwenang telah mengerahkan 45.000 petugas dalam upaya mengendalikan situasi.
Ada dua penumpang lain yang berada di dalam mobil bersama Nahel. Satu telah diinterogasi dan satu lagi yang sempat melarikan diri dari tempat kejadian, berhasil ditangkap untuk dimintai keterangannya.
Presiden Emmanuel Macron menegaskan agar Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban dan menyelidiki kasus ini.
BERITA TERKAIT: