Menurut kantor kepresidenan, Macron berencana melakukan kunjungan perdana seorang presiden Prancis ke Jerman dalam 23 tahun terakhir. Ia dijadwalkan berada di Jerman dari Minggu (2/7) hingga Selasa (4/7).
Kendati begitu rencana tersebut harus ditunda.
"Macron ingin tetap berada di Prancis selama beberapa hari ke depan,” kata kantor kepresidenan, dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu (1/7).
Dimuat
New York Times, ini bukan pertama kalinya jadwal sang presiden terganggu oleh aksi protes. Pada Maret lalu, kunjungan Raja Charles III dari Inggris ke Prancis juga sempat ditunda karena unjuk rasa terhadap reformasi pensiun.
Kerusuhan di Prancis kali ini dipicu oleh kematian Nahel Merzouk, seorang remaja 17 tahun keturunan Aljazair-Maroko yang ditembak oleh polisi setelah ia diduga melanggar lalu lintas di Nanterre, pinggiran Paris pada Selasa (27/6).
Publik menilai penembakan ini terjadi karena adanya rasisme struktural di tubuh kepolisian sehingga memicu aksi protes yang berujung rusuh.
Meski oknum polisi terkait sudah ditahan, namun kemarahan publik masih terus berlanjut. Memasuki hari kelima pada Sabtu malam, pihak berwenang mengerahkan 45 ribu pasukan polisi dan gendarmerie untuk menahan kerusuhan di berbagai kota, termasuk Marseilles dan Lyon.
BERITA TERKAIT: