Juru Bicara Kepolisian Uganda, Fred Enanga, mengatakan di antara yang ditangkap merupakan Kepala Sekolah dan Direktur Sekolah. Mereka diduga memiliki keterlibatan dalam serangan tersebut.
"Kami telah menangkap 20 tersangka kolaborator ADF," kata Enanga, seperti dimuat
AFP pada Selasa (20/6).
Enanga mengungkap total korban tewas akhir pekan lalu sekarang menjadi 42, termasuk 37 pelajar.
"Yang tertua di antara para korban yang sejauh ini diidentifikasi adalah seorang wanita berusia 95 tahun dan yang termuda adalah seorang gadis berusia 12 tahun," ujarnya.
Selain itu, kata Enanga, enam orang yang terluka masih dirawat dan lima atau tujuh orang lainnya diculik.
Menurut Enanga, serangan terhadap anak-anak yang tidak bersalah adalah biadab, tidak manusiawi dan tentu saja merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Anak-anak muda itu dibacok dengan parang, ditembak dan dibakar sampai mati di asrama mereka dalam pembunuhan mengerikan," kata Enanga.
Warga Uganda yang berduka pada Senin (19/6) mengubur anak-anak mereka yang menjadi korban tewas.
Sementara keluarga lain masih mati-matian mencari berita tentang orang yang mereka cintai atau menghadapi penantian yang menyakitkan untuk tes DNA pada beberapa siswa yang dibakar tanpa bisa dikenali.
Itu adalah serangan paling mematikan di Uganda sejak pemboman kembar di Kampala pada 2010 yang menewaskan 76 orang oleh teroris Al-Shabaab Somalia.
BERITA TERKAIT: