TOLO News melaporkan, dalam kesempatan itu wanita di Afghanistan mengeluhkan penurunan secara signifikan dari pasar produk kerajinan tangan mereka dalam dua tahun terakhir, dengan menekankan pentingnya dukungan dari lembaga terkait.
Seorang investor wanita, Rokhsar, dengan pengalaman empat tahun di bidang bisnis kerajinan tangan telah meminta bantuan dari Taliban untuk mengatasi masalah yang dialami banyak wanita di negaranya itu.
“Perempuan harus didukung sehingga mereka dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri dan membuat kemajuan,” ujarnya, seperti dimuat
TOLO News.
Menurut Benafsha, seorang pengusaha lainnya yang juga menggeluti dunia bisnis di Afghanistan mencatat bahwa mereka sejauh ini telah mengalami banyak penurunan sejak Taliban mengambil alih negaranya pada bulan Agustus 2021 lalu, karena banyaknya pembatasan yang dilakukan.
"Penjualan menurun karena kondisi ekonomi yang buruk di masyarakat. Masyarakat tidak mampu membeli produk kami. Selain itu, produk kami juga tidak dapat dikirim ke luar negeri karena penutupan jalur udara bagi wanita," tutur Benafsha.
Menanggapi keluhan tersebut, Akhundzada Abdul Salam Jawad, selaku juru bicara Kementerian Perindustrian dan Perdagangan yang dikuasai Taliban, mengungkapkan bahwa Taliban telah memiliki komitmen untuk membantu pengusaha perempuan.
Saat ini, menurutnya, pemerintahan di bawah Taliban itu sedang bekerja untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kami memberikan dukungan penuh kepada perempuan yang bergerak di bidang kerajinan tangan, dan kami sedang menciptakan pasar baik di dalam maupun di luar negeri untuk produk kerajinan mereka, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang signifikan sebagai bagian yang kuat dalam sektor perdagangan negara ini," ujar jurubicara itu, seperti dikutip
The Print, Jumat (16/6).
Sementara itu, dalam kesempatan di acara peringatan yang jatuh pada 10 Juni itu, Kamar Dagang dan Industri Wanita mengumumkan pembukaan kamar dagang wanita di 16 provinsi Afghanistan, termasuk Nangarhar, Laghman, Kunar, Nuristan, Herat, dan Kabul, yang sengaja dibuka sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antara pengusaha wanita dan Taliban, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan jasa di negaranya.
BERITA TERKAIT: