Jurubicara Kementerian Dalam Negeri Uganda, Simon Mundeyi mengungkap sekitar 80 warga telah pergi ke Ethiopia untuk mengikuti ajaran sesat dari seorang pendeta bernama, Simon Opolot.
"Mereka didorong untuk berpuasa hingga meninggal agar bisa bertemu dengan Yesus," jelas Jubir Uganda tersebut, seperti dimuat
African News.
Mundeyi mengatakan pihaknya berhasil bekerja sama dengan pemerintah Ethiopia untuk memulangkan puluhan warga Uganda.
"Kami dapat mengatur pemulangan 80 warga Uganda, dan saat ini mereka semua aman dan sehat di rumah mereka," ungkapnya.
Dikatakan Mundeyi, puluhan warga yang berasal dari wilayah Soroti, Uganda itu telah menjual seluruh harta benda mereka untuk mengikuti sekte Opolot.
Sementara itu, hingga kini pendeta Opolot masih berkeliaran dan belum berhasil ditangkap aparat Ethiopia.
Dalam perkembangannya, warga Uganda memang mudah terpengaruh ajaran sesat yang dikeluarkan oleh oknum gereja.
Pada tahun 2000, lebih dari 700 pengikut sekte "Pemulihan Sepuluh Perintah Tuhan" meninggal di Kanungu Uganda, baik dalam upacara bunuh diri massal atau dibunuh oleh para pemimpin sekte tersebut.
Kemudian sekitar 300 pengikut lainnya dibakar sampai mati di gereja dan polisi juga menggali kuburan berisi 400 orang mayat, kebanyakan wanita dan anak-anak.
Negara tetangga Kenya baru-baru ini juga mengalami hal serupa. Lebih dari 250 orang ditemukan tewas sejak April di hutan Shakahola.
Mereka adalah para pengikut sekte evangelis yang menganjurkan puasa ekstrim untuk bertemu Tuhan mereka.
Pemimpin sekte tersebut, Paul Nthenge Mackenzie, mantan sopir taksi yang menyatakan dirinya sebagai pendeta, ditangkap dan dituntut atas tuduhan terorisme.
BERITA TERKAIT: