Mereka yang menjadi sasaran sanksi yang disepakati para menteri luar negeri Uni Eropa pada Senin (22/5), termasuk Salman Adinehvand, komandan unit bantuan polisi Teheran dari pasukan penegak hukum Iran, dan Saeed Montazer Al Mahdi, juru bicara kepolisian Iran.
Dalam sebuah pernyataan pers, Dewan Uni Eropa mengatakan Al Mahdi telah berulang kali meremehkan kasus keracunan siswi sekolah yang dilaporkan secara luas dengan mengklaim mayoritas dari yang dituduhkan itu tidak nyata.
"Yayasan koperasi Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) adalah salah satu entitas yang menjadi sasaran sanksi baru," menurut pernyataan itu, seperti dimuat
The National.Uni Eropa mengatakan yayasan itu bertanggung jawab untuk mengelola investasi IRGC dan menyalurkan uang ke dalam penumpasan kekerasan terhadap demonstrasi tahun lalu.
"Kelompok lain yang menjadi sasaran adalah Organisasi Basij Mahasiswa (SBO), sebuah cabang dalam organisasi Basij yang bertindak sebagai penegak kekerasan di kampus-kampus IRGC," kata UE.
"SBO menggunakan peluru tajam dan menembaki siswa," tambah blok tersebut.
Basij dibentuk sebagai milisi sukarelawan paramiliter oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, mantan pemimpin tertinggi Iran, pada 1979. Ia hadir di setiap universitas Iran, memantau pakaian dan perilaku orang.
Protes nasional di Iran meletus setelah kematian seorang wanita bernama Mahsa Amini berusia 22 tahun pada 16 September 2022. Sebelum meninggal, dia ditangkap oleh polisi moralitas karena mengenakan hijabnya secara tidak benar.
Ini adalah kedelapan kalinya sejak Oktober Brussel memberlakukan sanksi terhadap orang-orang Iran dan entitas yang terlibat dalam penindasan pengunjuk rasa. Sanksi termasuk pembekuan aset dan larangan perjalanan ke UE.
Josep Borrell, kepala urusan luar negeri dan keamanan blok itu, menghubungkan pengumuman hari Senin dengan eksekusi tiga orang pekan lalu atas dugaan peran mereka dalam protes anti-pemerintah.
BERITA TERKAIT: