Hal itu disampaikan Utusan Khusus AS untuk Yaman Tim Lenderking kepada wartawan dalam pengarahan online tentang kunjungan terakhirnya ke kawasan itu pada Kamis (11/5) waktu setempat.
Iran, katanya, masih memasok senjata dan obat-obatan yang membantu memicu perang yang meletus pada 2014 dan telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
“Orang-orang Iran terus menyelundupkan persenjataan dan narkotika ke arah konflik ini dan kami sangat prihatin bahwa hal ini akan terus berlanjut terlepas dari keuntungan yang akan datang dari kesepakatan Saudi-Iran. Jadi, menurut saya itu adalah ruang yang harus kita perhatikan,” kata Lenderking, seperti dikutip dari
Al-Arabiya, Jumat (12/5).
“Terlepas dari kenyataan bahwa kami menyambut baik kesepakatan antara Saudi dan Iran, saya tetap khawatir tentang peran Iran,” katanya, berpendapat bahwa Teheran telah melatih pejuang Houthi dan memperlengkapi mereka untuk melawan dan menyerang Arab Saudi.
Iran sendiri membantah mempersenjatai Houthi, yang merebut ibu kota Yaman, Sanaa, setelah menggulingkan pemerintah dan menguasai sebagian besar wilayah negara itu.
Sementara itu pejabat AS menuduh Iran melanggar resolusi PBB dengan memasok Houthi dengan drone dan rudal untuk serangan lintas batas ke Arab Saudi, meskipun tidak ada serangan seperti itu selama lebih dari setahun.
"Kesepakatan Saudi-Iran saja tidak akan mengakhiri konflik, yang hanya dapat diselesaikan melalui negosiasi antara pihak Yaman," kata Lenderking.
"Amerika Serikat tidak akan membuka kembali kedutaannya di Sanaa sampai yakin perang telah berakhir dan proses perdamaian yang sangat tegas dan tidak dapat diubah sedang berlangsung," katanya.
BERITA TERKAIT: