Menurut laporan kantor berita Tunisia
TAP, korban meninggal dalam serangan yang terjadi pada Selasa (9/5) adalah dua peziarah Yahudi yang sedang melakukan ziarah tahunan di sinagoga Ghriba dan tiga penjaga polisi Tunisia.
"Empat anggota pasukan keamanan lainnya masih dirawat di rumah sakit di Djerba, termasuk satu dalam kondisi kritis," menurut TAP.
Pihak berwenang tidak mengidentifikasi motif serangan itu, tetapi militan Islam sebelumnya telah menargetkan jemaah di Djerba dan telah melakukan serangan lain di negara itu.
Sementara itu, otoritas Israel dan otoritas Tunisia serta keluarganya mengidentifikasi para korban sipil sebagai Aviel Haddad 30 tahun, yang memiliki kewarganegaraan ganda Tunisia dan Israel, dan Benjamin Haddad 42 tahun berkewarganegaraan Prancis.
"Investigasi terus dilakukan untuk mengungkap motif agresi pengecut ini," kata Kementerian Dalam Negeri Tunisia, menahan diri untuk menyebut penembakan itu sebagai serangan teroris.
"Penyerang menembak tanpa pandang bulu ke unit keamanan di dekat sinagog, menewaskan dua pengunjung dan dua petugas keamanan lainnya, serta melukai empat pengunjung lainnya dan enam petugas. Pasukan keamanan kemudian menembak mati dia," kata kementerian itu.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas serangan itu.
"Pemerintah Prancis mengutuk tindakan keji ini dengan sangat keras," kata juru bicara kementerian luar negeri Anne-Claire Legendre.
Penembakan Selasa terjadi ketika industri pariwisata di Tunisia akhirnya pulih dari posisi terendah era pandemi, serta dari efek lanjutan dari sepasang serangan di Tunisia dan Sousse pada 2015 yang menewaskan puluhan wisatawan asing.
BERITA TERKAIT: