Menurut pejabat Komisi Pemilu Pusat yang tidak mau disebutkan identitasnya mengatakan, seruan pemboikotan pemilu disampaikan oleh Partai politik utama di Kosovo utara yang didominasi etnis Serbia, bernama Serbian List.
"Dalam beberapa kasus yang jarang dan sangat sedikit terjadi, Serbia di Kosovo memilih untuk memboikot pemilu," ungkapnya, seperti dikutip dari
TVP World pada Senin (24/4).
Sehubungan dengan berita pemboikotan tersebut, Kantor Pemilihan Pusat Kosovo pada Minggu (23/4) membatalkan rencana penempatan bilik pemungutan suara di sekolah-sekolah di wilayah yang ditinggali warga Serbia untuk menghindari potensi kerusuhan.
Sebagai gantinya petugas Kosovo mendirikan gubuk bergerak di 13 lokasi dengan pasukan NATO dan Penjaga Perdamaian PBB dari Latvia dan Italia yang berpatroli di jalan-jalan daerah pemungutan suara.
Sementara itu, tempat pemungutan suara dijaga oleh petugas polisi Albania yang didatangkan dari daerah lain setelah 500 petugas polisi Serbia, bersama staf administrasi dan hakimnya mengundurkan diri secara kolektif tahun lalu sebagai protes atas rencana Kosovo mengganti plat nomor mobil Serbia dengan yang ada di Kosovo.
Uni Eropa dan Amerika Serikat mengungkapkan kekecewaanya karena warga Serbia memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu.
Sebelum berpartisipasi dalam pemungutan suara, Serbia Kosovo menuntut agar pemerintah Kosovo meresmikan pembentukan asosiasi kota-kota Serbia Kosovo lebih dulu karena sejalan dengan kesepakatan yang ditengahi UE selama satu dekade terakhir.
BERITA TERKAIT: