Guterres datang di saat negara yang dilanda perang itu bersiap menandai 20 tahun penggulingan diktator lama Saddam Hussein dalam invasi pimpinan AS.
"Saya ingin menunjukkan solidaritas dengan rakyat dan institusi demokrasi Irak dan solidaritas yang berarti bahwa PBB berkomitmen penuh untuk mendukung konsolidasi institusi di negara ini," kata Guterres, seperti dikutip dari
AFP.
"Saya juga ingin mengungkapkan keyakinan bahwa warga Irak akan mampu mengatasi kesulitan dan tantangan yang masih mereka hadapi melalui dialog yang terbuka dan inklusif," ujarnya.
Di Irak Guterres akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Fuad Hussein, sebelum bertemu dengan Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani, Presiden Abdel Latif Rashid dan ketua parlemen Mohammed al-Halbusi.
Ketiga pemimpin itu masing-masing adalah pejabat tinggi Arab Syiah, Kurdi, dan Sunni Irak di bawah sistem pembagian kekuasaan sektarian yang didirikan setelah invasi pimpinan AS menggulingkan rezim Saddam yang didominasi Arab Sunni.
Guterres juga akan bertemu dengan perwakilan kelompok hak perempuan dan pemuda.
Pada Kamis (2/3) dia dijadwalkan mengunjungi sebuah kamp pengungsi di bagian utara negara itu, sebelum menuju ke ibukota wilayah Kurdistan, Arbil untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Kurdi.
Usai mengakhiri kunjungan di Irak, kepala PBB akan melakukan perjalanan ke Qatar untuk menghadiri KTT Negara-Negara Terbelakang.
Guterres tiba di Irak pada Selasa malam waktu setempat, kunjungan terakhir Sekjen PBB ke negara itu adalah pada musim semi 2017.
BERITA TERKAIT: