Selain Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Teguh Santosa, peringatan hari lahir putra pendiri RRDK Kim Il Sung itu juga dihadiri Ketua Bidang Luar Negeri Partai Gerindra, Irawan Ronodipuro, yang hadir mewakili Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Kim Jong Il lahir di tengah-tengah para pejuang anti penjajahan Jepang yang dipimpin ayahnya, Kim Il Sung, di “Perkemahan Rahasia†di Gunung Paektu pada 16 Februari 1942. Ia memimpin RRDK di tahun 1994 menggantikan ayahnya meninggal dunia di bulan Juli tahun itu. Kim Jong Il yang memperkenalkan kebijakan Songgun meninggal dunia pada 17 Desember 2011 di Pyongyang.
Prosesi peringatan hari kelahiran Kim Jong Il dimulai dengan peletakan karangan bunga oleh Teguh Santosa dan Irawan Ronodipuro di pelataran kehormatan di Kedutaan RRDK.
Setelahnya, Duta Besar RRDK An Kwang Il mengajak Teguh dan Irawan menonton rekaman parade militer yang digelar untuk merayakan 75 tahun Tentara Rakyat Korea di Kim Il Sung Square.
Dalam parade militer yang dilakukan malam hari tanggal 8 Februari 2023 itu diperlihatkan berbagai persenjataan terakhir yang dikembangkan RRDK. Di antaranya 11 unit Intercontinental Ballistic Misilles (ICBM) Hwasong-17 dan ICBM tabung baru yang menggunakan teknologi transport erector launchers (TELs).
Sebelum parade militer dimulai, ditampilkan berbagai atraksi yang memperlihatkan kehebatan personel militer RRDK, di antaranya atraksi terjun payung pada malam hari yang kesemua penerjun dapat mendarat sempurna di tengah Kim Il Sung Square.
Pemimpin tertinggi RRDK Kim Jong Un menghadiri parade militer itu bersama istri Ri Sol Ju dan putri mereka, Kim Ju Ae. Ketiganya mengenakan stelan pakaian hitam-hitam. Tampak kontras di antara para petinggi militer yang mengenakan seragam militer lengkap. Kim Jong Un tak henti-hentinya memperlihatkan rasa bangga akan performa militer RRDK yang dipamerkan.
Secara umum parade militer tersebut menampakkan dengan jelas pencapaian militer RRDK yang dibutuhkan dalam menghadapi berbagai ancaman dari pihak-pihak yang terus memusuhi mereka.
Di sela-sela menonton rekaman parade militer, Dubes An Kwang Il menghidangkan Naengmyeon atau mie dingin yang merupakan makanan khas bangsa Korea.
Di akhir kegiatan, Teguh Santosa menyerahkan buku berjudul “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik†kepada Dubes An Kwang Il dan Irawan Ronodipuro. Buku itu merupakan kumpulan wawancara Teguh Santosa dengan sejumlah Duta Besar asing di Jakarta. Dua wawancara pertama di dalam buku itu adalah wawancara Teguh Santosa dengan Dubes An Kwang Il.
BERITA TERKAIT: