Laporan ini dikeluarkan oleh
BBC pada Senin (13/2), yang menyebut kedatangan mereka terjadi di minggu-minggu terakhir kehamilan, yang diyakini sengaja dilakukan untuk mendapatkan kewarganegaraan Argentina.
Lebih dari 5000 wanita hamil Rusia tercatat telah meninggalkan negaranya untuk pergi ke negara itu. Jumlah tersebut dikatakan semakin meningkat, karena mereka tidak ingin bayinya lahir di negara yang sedang terkena serentetan sanksi Barat akibat perang di Ukraina.
"Dalam kasus ini terdeteksi bahwa mereka tidak datang ke sini untuk terlibat dalam kegiatan pariwisata. Mereka mengakuinya sendiri," kata kepala agen migrasi Florencia Carignano.
Pemilihan Argentina sendiri didasarkan oleh asas ius soli yang dianut Negeri Tango, yang berarti setiap bayi yang lahir di wilayah Argentina dapat memperoleh kewarganegaraan dari negara itu, meski orang tua dari bayi itu merupakan warga negara asing.
Dalam laporannya, petugas imigrasi itu mengonfirmasi pengakuan dari wanita Rusia, bahwa mereka menginginkan anaknya memiliki paspor yang bebas memasuki 171 negara tanpa visa.
Sementara saat ini, orang Rusia hanya dapat melakukan perjalanan bebas visa ke 87 negara, karena sejumlah pembatasan. Selain itu memiliki anak Argentina juga disebut dapat mempercepat proses kewarganegaraan baru bagi orang tua.
Situs Web Tawarkan Layanan Wisata Kelahiran
Dalam penelusurannya, BBC menemukan situs web berbahasa Rusia, yang mengiklankan rencana kelahiran yang dipersonalisasi, penjemputan di bandara, pelajaran bahasa Spanyol, dan diskon biaya menginap di rumah sakit terbaik di ibu kota Argentina.
Iklan itu kemungkinan telah membuat ribuan ibu hamil tersebut tertarik dan melakukan perjalanan ke Argentina.
"Paket berkisar dari 'kelas ekonomi', mulai dari 5.000 dolar AS (Rp 76 juta), hingga 'kelas satu', mulai dari 15 ribu dolar (Rp 228 juta)," lapor penelusuran BBC.
Menanggapi laporan itu, polisi Argentina telah melakukan penggerebekan pada Sabtu (11/2) kemarin, sebagai bagian dari penyelidikan terhadap bisnis jutaan dolar dan jaringan gelap di negaranya. Bisnis itu juga diyakini telah memberikan dokumen palsu kepada wanita hamil Rusia.
Tidak ada penangkapan yang dilaporkan, akan tetapi polisi mengatakan telah menyita laptop, tablet, dokumen imigrasi serta sejumlah besar uang tunai ratusan juta rupiah, yang diyakini hasil dari layanan tersebut.
BERITA TERKAIT: