Menurut laporan
Xinhua pada Minggu (22/1), lebih dari 38 ribu siswa yang mengikuti ujian SMA tahun 2022, hanya sekitar 5 ribu atau 13 persennya saja yang dinyatakan lulus.
Kantor Kepresidenan Namibia mengatakan minimnya siswa yang lulus dalam ujian disebabkan oleh kurangnya waktu belajar dan mengajar tatap muka yang signifikan selama pandemi Covid-19.
Meksipun pemerintah telah merencanakan 198 hari untuk sekolah tatap muka, tetapi itu masih tidak cukup bagi siswa untuk menguasai semua kompetensi akademik yang diperlukan untuk lulus ujian.
Kondisi bangunan sekolah yang tidak layak, kekurangan ruang kelas, dan bahan ajar telah memperburuk situasi pendidikan di Namibia.
Tercatat pula menurunnya disiplin siswa dan guru serta lemahnya monitoring dan evaluasi di semua jenjang pendidikan dasar.
Presiden Hage Geingob memanggil Menteri Pendidikan, Seni, dan Kebudayaan, Anna Nghipondoka pada 13 Januari lalu untuk dimintai keterangan tentang kinerja yang buruk.
Geingob juga menyerukan pembangunan ruang kelas tambahan dan rehabilitasi infrastruktur pendidikan yang bobrok.
"Guru harus diberi dukungan yang memadai melalui pengembangan profesional berkelanjutan dan cara lain," tegasnya
Ujian sekolah tingkat SMA biasa di Namibia adalah kursus dua tahun yang diambil oleh siswa setelah fase sekolah menengah pertama selesai.
Sementara ujian sertifikasi lanjutan SMA Namibia adalah kursus satu tahun yang diambil siswa setelah menyelesaikan ujian SMA tingkat biasa.
BERITA TERKAIT: