Singh mengatakan dirinya kerap menyaksikan sejumlah kecelakaan akibat terbang ke daerah lembah dan pegunungan dalam kondisi cuaca yang buruk.
Menurutnya, risiko terjadinya kecelakaan itu semakin besar karena standar keselamatan di Nepal tidak memadai.
"Jadi budaya keselamatan di Nepal ini tidak sesuai atau tidak memadai dan badan internasional telah bilang begitu," ungkapnya, seperti dimuat
ANI News. Untuk itu, kata Singh, Nepal harus segera memperbaiki infrastruktur penerbangannya agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan setempat.
Mengingat kondisi geografis di wilayah Nepal sangat terjal dan menantang, Sigh menyarankan agar standar pelatihan para awak juga harus lebih tinggi.
"Nepal adalah medan yang sangat menantang. Standar pelatihan awak harus tinggi dan safety margin harus tinggi. Sehingga jika ada dugaan ada gangguan teknis, maka awak kapal tidak boleh bertahan atau melanjutkan penerbangan," jelasnya.
Lebih lanjut, Kapten memaparkan tantangan lainnya muncul karena infrastruktur Nepal yang tidak memadai untuk navigasi dengan GPS atau navigasi satelit dan pendekatan.
Oleh sebab itu, Sigh meminta Nepal untuk memenuhi seluruh kebutuhan penerbangan terkait dengan tantangan yang dihadapi.
"Jadi mereka harus mengembangkan infrastrukturnya agar sesuai dengan risiko yang terkait dengan terbang di daerah pegunungan," tegasnya.
Berkaitan dengan kecelakaan pesawat ATR-72 Yeti Airlines yang menewaskan 68 penumbang di dalam pesawat, Sigh menilai itu disebabkan oleh kegagalan mekanis atas kelalaian manusia.
"Tapi dugaan awal saya itu adalah kegagalan mekanis dan dorongan manusia untuk melanjutkan penerbangan. penerbangan yang menyebabkan kecelakaan. Sangat disayangkan," ujarnya.
Kapten menggarisbawahi itu adalah dugaan awal, dan fakta sebenernya akan segera diungkap setelah kotak hitam ditemukan.
Seluruh penumpang pesawat ATR-72 Yeti Airlines dilaporkan tewas setelah jatuh ke dalam jurang pada Minggu (15/1).
Pesawat itu membawa 68 penumpang dan akan melakukan penerbangan dari Kathmandu-Pokhara.
Negara tempat keberadaan Gunung Everest itu, merupakan medan penerbangan yang sangat menantang, terutama dengan kondisi cuaca buruk yang tidak menentu.
Apalagi wilayah Kathmandu, sebuah lembah, berbentuk seperti mangkuk dengan bandara berada di antaranya serta dikelilingi oleh pegunungan tinggi di semua sisi.
BERITA TERKAIT: