Seperti dimuat
RFA News pada Jumat (13/1), berbagai langkah dilakukan pemerintah Laos untuk mencegah inflasi yang lebih tinggi lagi.
Biro Statistik Nasional Laos melaporkan inflasi tahun-ke-tahun yang dialami negara itu mencapai sekitar 39,3 persen pada Desember 2022, naik dari 38,5 persen pada bulan sebelumnya, membuat Laos menjadi negara tertinggi yang mengalami inflasi di antara negara anggota PBB di Asia Tenggara.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, otoritas Laos telah memerintahkan penutupan semua gerai penukaran mata uang, dan hanya mengizinkan bank untuk menukar mata uang asing.
Pemerintah, melalui pertemuan kabinet pada 24 Desember, telah menyetujui larangan impor beberapa barang yang juga diproduksi di dalam negeri, seperti kubis, bawang merah, cabai, seledri, telur, daging babi, daging sapi, hingga semua ikan tawar lainnya.
Menurut pejabat perdagangan, mereka terpaksa mengambil langkah tersebut untuk mengatasi defisit perdagangan yang sangat besar, yang mencapai 926 juta dolar AS.
“Kami berencana mengurangi impor barang dan berusaha mempromosikan produksi dalam negeri. Kita sudah banyak memproduksi barang di dalam negeri, tapi masalahnya konsumen kita lebih memilih barang impor daripada barang dalam negeri," kata seorang pejabat perdagangan dari provinsi Savannakhet kepada RFA.
Di tengah inflasi yang sangat tinggi, banyak masyarakat berpenghasilan rendah serta anak-anak muda di ibu kota Laos, Vientiane, memutuskan pindah ke Thailand untuk mencari pekerjaan.
Menurut laporan dari Kelompok Kerja Migran, sebuah LSM di Thailand memperkirakan bahwa lebih dari 50 ribu orang pindah ke Thailand pada akhir 2022 untuk bekerja, dengan sekitar 250 ribu orang lainnya telah tercatat bekerja di negara tersebut secara legal.
Hampir setengah juta orang Laos lainnya juga diperkirakan telah bekerja di Thailand tanpa izin. Beberapa dari para pekerja yang diwawancarai oleh RFA mengatakan bahwa mereka terpaksa pindah, karena tidak kunjung menemukan pekerjaan di negaranya.
Kini, masyarakat di seluruh negeri, khususnya yang berpenghasilan rendah dikabarkan menjadi semakin miskin dan memiliki lebih sedikit uang yang dibelanjakan semenjak harga barang dan jasa semakin meningkat di negaranya.
BERITA TERKAIT: