Mereka mengenakan mantel dan selimut untuk menghangatkan diri dari udara di musim dingin yang menusuk kulit.
“Kami tidak punya pilihan,†kata Francisco Palacios dalam bahasa Spanyol yang ingin mendapatkan perlindungan di AS setelah bertahun tahun memperoleh kekerasan dari geng bersenjata di negaranya.
Dimuat
TRT World, harusnya tanggal 21 Desember lalu, AS resmi mencabut pembatasan pengungsi karena alasan pandemi Covid-19.
Tetapi pekan ini, Mahkamah Agung justru mengumumkan akan tetap membiarkan kebijakan yang disebut Judul 42 tetap berlaku.
Judul 42 memungkinkan pemerintah mengirim migran dari negara tertentu, termasuk Venezuela, kembali ke Meksiko tanpa kesempatan untuk mencari suaka.
Pihak Presiden Joe Biden meminta pengadilan untuk mencabut pembatasan, tetapi pengadilan menolak melakukan itu sebelum Natal berakhir.
Namun hingga kini belum jelas kapan keputusan pengadilan akan diumumkan.
Pembatasan yang dilakukan AS dinilai bertentangan dengan kewajiban Amerika dan internasional kepada orang-orang yang melarikan diri ke AS untuk menghindari penganiayaan.
Dalih penanganan Covid-19 juga dinilai sudah usang karena pandemi berangsur pulih.
Dengan suhu yang diperkirakan semakin dingin, para migran yang nekat mencapai Amerika Serikat dikhawatirkan akan mempertaruhkan nyawa mereka dengan menyeberangi sungai.
BERITA TERKAIT: