Diungkapkan Patrick Otim, Manajer Insiden Afrika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wabah Ebola di Uganda, bahwa penyakit Ebola dan kolera, yang telah dilaporkan di beberapa negara Afrika tahun ini, adalah beberapa contoh penyakit yang dapat dikaitkan langsung dengan perubahan iklim.
"Kami telah melihat peningkatan jumlah wabah Ebola di Afrika baru-baru ini. Sejak tahun 2000, kami telah mengalami 32 wabah, 19 di antaranya telah terjadi dalam dekade terakhir dan 13 pada dekade sebelumnya," katanya dalam konferensi virtual yang diselenggarakan oleh kantor WHO Afrika, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (5/11).
Yang menarik, tambahnya, adalah bahwa lebih dari 50 persen wabah dalam dekade terakhir telah terjadi dalam lima tahun terakhir. Hal yang menyebabkannya adalah seringnya banjir dan kekeringan serta kenaikan suhu akibat perubahan iklim.
Menurut Otim, Ebola, penyakit zoonosis, dapat dikaitkan dengan peningkatan populasi manusia yang melanggar batas kebiasaan hewan dan sebaliknya karena kenaikan suhu dan kejadian seperti kekeringan.
"Kondisi iklim ini mengakibatkan migrasi inang Ebola seperti kelelawar dari daerah yang tidak kondusif ke daerah yang menguntungkan, meningkatkan interaksi antara manusia dan hewan yang menyebabkan wabah," katanya.
Pernyataan Otim datang saat Uganda sedang berjuang melawan wabah Ebola yang telah membuat negara itu mengkonfirmasi 131 kasus dan 48 kematian.
Sementara itu di Nigeria, lebih dari 2,8 juta orang telah terkena dampak banjir terburuk di negara itu dalam satu dekade, dengan 1,3 juta mengungsi dan beberapa nyawa hilang.
"Banjir mempengaruhi sistem air yang membuat penyebaran penyakit seperti kolera lebih mudah," kata Otim, mengutip kasus Malawi.
Egmond Evers, Incident Manager for Greater Horn of Africa Food Insecurity and Health di WHO, mengatakan malnutrisi, yang kasusnya meningkat di Kenya, secara langsung terkait dengan kekeringan dan banjir.
"Ketika ada peristiwa iklim seperti kekeringan dan banjir, mereka menyebabkan perpindahan orang yang membuat mereka rawan pangan dan rentan terhadap kekurangan gizi dan penyakit lainnya," katanya.
Sementara itu John Rumunu, direktur jenderal Layanan Kesehatan Pencegahan di Kementerian Kesehatan Sudan Selatan telah meminta pemerintah Afrika untuk menempatkan lebih banyak sumber daya dalam anggaran kesehatan mereka. Tujuannya untuk mengekang peningkatan penyakit seperti malaria dan diare karena efek iklim.