Petro mendesak Maduro untuk segera mengintegrasikan kembali dirinya dalam sistem hak asasi manusia antar-Amerika.
"Kami telah meminta Republik Bolivarian Venezuela untuk memperkuat sistem itu," kata Petro seperti dimuat
Reuters.
Itu dilakukan atas dorongan dari Kelompok advokasi Human Rights Watch baru-baru ini yang meminta Kolombia untuk menggunakan hubungan diplomatik dengan Venezuela guna membantu meminimalisir pelanggaran HAM di sana.
Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB di Venezuela menemukan jika Maduro telah melakukan serangkaian penahanan, penyiksaan dan kekerasan seksual terhadap pengikut oposisi yang dinilai sebagai pelanggaran HAM berat.
Namun pihak Maduro membantah pernyataan tersebut dan menyatakan jika apa yang dilakukan Barat pada negaranya merupakan tindak intervensi berlebih yang melanggar hak kedaulatan negara.
Kolombia memutuskan untuk kembali menormalisasikan hubungannya karena Venezuela merupakan negara penjamin dalam dialog Kolombia dengan pemberontak Tentara Pembebasan Nasional (ELN), yang akan dilanjutkan bulan ini.
Hubungan keduanya sempat putus pada tahun 2019 karena aktivis oposisi Venezuela, yang diklaim Maduro sebagai kelompok pemberontak pemerintahanya mencoba untuk mengirim truk bantuan dari Kolombia.
Sementara itu, Pendahulu Petro di Bogota menuduh Maduro menyembunyikan kelompok pemberontak dan penjahat Kolombia.
Masing-masing tuduhan mulai diselesaikan dengan baik antara negara. Keduanya akhirnya memutuskan untuk menjalin kembali hubungan diplomatik dengan penunjukkan duta dan membuka jalur pelayaran kargo pada akhir September lalu.
BERITA TERKAIT: