Situs yang dibangun pada Zaman Perunggu atau sekitar 5.000 tahun yang lalu ini berada di atas kawasan yang rentan terhadap kerusakan lingkungan. Sebagian besar bangunan ini ditemukan pada tahun 1920-an.
Kerusakan akibat banjir membuat otoritas Pakistan telah mengirimkan surat kepada UNESCO.
"Sayangnya kami menyaksikan penghancuran masal di situs tersebut," begitu bunyi surat dari Departemen Kebudayaan, Pariwisata, & Purbakala negara bagian Singh yang dikirim ke UNESCO dan ditandatangani oleh kurator Ihsan Ali Abbasi dan arsitek Naveed Ahmed Sangah.
Dimuat
CNN pada Kamis (8/9), surat tersebut juga menunjukkan gambar terkait kondisi situs Mohenjo Daro terkini. Dinding batanya telah runtuh serta lapisan lumpur bekas banjir tampak menutupi situs tersebut.
Saat ini tim di lokasi telah berupaya untuk meminimalkan dampak kerusakan, termasuk memperbaiki tembok bata dan membersihkan saluran air. Tetapi tindakan ini dinilai belum cukup untuk memperbaiki situs pemukiman tertua tersebut.
Di dalam surat kepada UNESCO, pemerintah Pakistan meminta dana sebesar 100 juta rupee atau Rp 6 miliar untuk menutupi biaya perbaikan.
Lantaran berada di wilayah yang rawan, para ahli konservasi Mohenjo Daro telah mengetahui dan memperingatkan sejak lama bahwa banjir dapat menimbulkan risiko serius.
Mohenjo Daro memberikan kesaksian luar biasa tentang peradaban Indus yang terdiri dari kota terencana paling kuno di anak benua India. Dahulu pada masa kejayaannya, kota ini merupakan kota metropolitan yang ramai.
Mohenjo Daro dimasukkan daftar oleh UNESCO pada tahun 1980, yang saat ini terancam menjadi tempat bersejarah yang berisiko tinggi mengalami kehancuran.
BERITA TERKAIT: