Paus Fransiskus pada Rabu (1/5) mengungkapkan keprihatinannya tentang diblokirnya jutaan ton gandum Ukraina. Ia meminta segera dicabut blokade tersebut dan penggunaan makanan pokok 'sebagai senjata perang'.
“Yang sangat memprihatinkan adalah blokade ekspor biji-bijian dari Ukraina, di mana jutaan orang, terutama di negara-negara termiskin, bergantung padanya,†kata Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Rabu, seperti dikutip dari
AFP.
“Tolong jangan gunakan gandum, makanan pokok, sebagai senjata perang,†desaknya.
Tanpa menyebut nama Rusia, Paus mengatakan bahwa dia menyerukan dilakukannya upaya segera untuk menyelesaikan konflik yang berkecamuk yang telah mengorbankan banyak nyawa dan kerusakan kota-kota. Ia juga mendesak agar pihak-pihak terkait menjamin hak asasi manusia atas pangan.
Blokade Rusia di pelabuhan Laut Hitam Ukraina telah membuat macet ekspor 22 juta ton biji-bijian.
Ukraina dan Rusia dikenal sebagai penghasil gandum dan biji-bijian terbesar di dunia. Ukraina juga dikenal sebagai "keranjang roti Eropa". Macetnya distribusi gandum dan biji-bijian sejak invasi Rusia di Ukraina, memicu kekhawatiran akan krisis pangan global.
Paus Fransiskus menyampaikan seruannya pada akhir audiensi Rabu yang disiarkan langsung. Paus berbicara sehari setelah dia mempersembahkan rosario untuk perdamaian di Ukraina dan di seluruh dunia di Basilika St. Mary Major Roma.
“Kami telah menguduskan negara-negara yang bertikai ke Hatimu yang Tak Bernoda dan meminta hadiah besar berupa pertobatan hati. Kami yakin bahwa dengan senjata doa, puasa, sedekah, dan karunia rahmatMu, hati manusia dan nasib seluruh dunia dapat diubah,†kata Paus dalam ucapan doanya.
BERITA TERKAIT: