Meski demikian, kemarahan Rusia terhadap keduanya, tidak sebesar kemarahannya terhadap Ukraina jika Kiev bergabung dengan aliansi tersebut.
Ini kemudian menimbulkan tanya tentang beda cara pandang Moskow.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjelaskan alasan mengapa aspirasi NATO di Ukraina lebih memprihatinkan bagi Rusia daripada Finlandia dan Swedia.
“Kami tidak memiliki sengketa teritorial dengan Finlandia atau Swedia. Ukraina berpotensi menjadi anggota NATO, dan dalam hal ini Rusia akan memiliki sengketa wilayah dengan negara yang berpartisipasi dalam aliansi tersebut, yang akan membawa risiko besar bagi seluruh benua,†kata Peskov kepada wartawan, seperti dikutip dari
RT, Senin (16/5).
Peskov mengacu pada situasi di sekitar Krimea, yang sebagian besar memilih untuk berpisah dengan Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia selama referendum 2014. Namun, Kiev telah menyebut semenanjung – yang memiliki mayoritas berbahasa Rusia – sebagai “wilayah pendudukan†dan telah bersumpah untuk mengambil kendali atasnya.
Memastikan Ukraina menjadi negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO, menjadi salah satu alasan utama digelarnya operasi militer 24 Februari.
"Moskow masih memantau kemungkinan perluasan NATO terbaru dengan cara yang paling detail untuk mengevaluasi konsekuensinya bagi keamanan nasional Rusia," ujar Peskov.
“Kami tidak yakin bahwa masuknya Swedia dan Finlandia -yang berbagi perbatasan darat 1.340 kilometer (832 mil) dengan Rusia- akan memperkuat dan meningkatkan arsitektur keamanan di benua kami,†kata Peskov.
Swedia dan Finlandia tetap berada di luar blok pimpinan AS selama Perang Dingin. Namun, sejak invasi Rusia ke Ukraina, keduanya mengubah pendirian dan memilih bergabung dengan NATO.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: