Penasihat negara Ukraina, Mykhaylo Podolyak, mengatakan serangan itu menjadi penanda bahwa Moldova harus bersiap-siap menerima 'tamu tak diundang' yang akan memecah belah negara itu seperti halnya Rusia berusaha memecah Ukraina.
"Rusia ingin mengacaukan kawasan Transnistria dan mengisyaratkan bahwa Moldova bahwa serangan akan datang," kata Podolyak, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (27/4).
Dua ledakan menghancurkan antena radio di pemukiman Mayak di Transnistria pada Selasa pagi (26/4). Sehari sebelumnya, gedung Kementerian Keamanan Negara Transnistria diserang dengan granat genggam.
Tak satu pun dari insiden tersebut menimbulkan korban jiwa, tetapi dikhawatirkan itu adalah peluasan dari agreasi Rusia.
"Kabar buruknya, jika Ukraina jatuh besok, pasukan Rusia akan berada di gerbang Chisinau," kata Podolyak, merujuk pada ibu kota Moldova yang bertetangga dengan Ukraina.
"Kabar baiknya, Ukraina pasti akan memastikan keamanan strategis kawasan," lanjutnya, menambahkan bahwa dibutuhkan kerja sama yang kuat dengan banyak pihak, termasuk dari barat.
"Kita perlu bekerja sebagai sebuah tim," tegasnya.
Rusia memiliki sekitar 1.500 tentara di Transnistria, yang disebut Moskow sebagai pasukan “penjaga perdamaianâ€. Hal yang dikhawatirkan Ukraina bahwa pasukan itu dapat digunakan untuk menyerang Ukraina dari barat.
Transnistria, juga disebut Transdniestria adalah sebuah wilayah yang memisahkan diri dari Moldova.
Meskipun diakui secara internasional sebagai bagian dari Moldova, wilayah yang memisahkan diri yang didukung Rusia ini telah berada di bawah kendali otoritas separatis sejak 1992, setelah runtuhnya Uni Soviet.
BERITA TERKAIT: